Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas siap mencatat penguatan mingguan di tengah ekspektasi stimulus lebih lanjut untuk mendorong ekonomi yang terdampak pandemi virus corona (Covid-19).
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot turun 0,5 persen ke level US$1.722,20 per troy ounce pada perdagangan Jumat (24/4/2020) pukul 9.25 pagi waktu Singapura.
Meski terkoreksi, emas tetap bergerak menuju penguatan mingguannya. Koreksi pagi ini sedikit menggerus penguatan harga emas menjadi 2,4 persen pekan ini, setelah menyentuh level US$1.747,36 pekan lalu, level tertinggi sejak 2012.
Dalam risetnya, Analis RBC Capital Markets yang dipimpin oleh Helima Croft memprediksi alokasi untuk emas akan meningkat, setidaknya untuk saat ini.
“Kombinasi suku bunga rendah, stimulus besar-besaran, dan titik ketidakpastian yang tinggi terhadap alokasi emas meningkat terlepas dari apakah pasar ekuitas membaik secara material, meskipun ini mungkin tidak sejalan dengan harga [emas] yang lebih tinggi,” tutur RBC Capital, seperti dilansir melalui Bloomberg, Jumat (24/4/2020).
Emas diperdagangkan di kisaran level tertingginya dalam lebih dari tujuh tahun ketika pandemi virus corona (Covid-19) memicu gelombang stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pemerintah dan bank sentral negara-negara di seluruh dunia.
Sementara itu, investor mencari tempat berlindung dari gejolak pasar ke dalam exchange-traded funds (ETF) yang berbasis logam mulia ini.
Bank sentral seperti Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa, dan Bank of Japan (BoJ) bisa jadi akan melancarkan stimulus lebih lanjut saat mengadakan pertemuan kebijakan pekan depan.
Di Amerika Serikat sendiri, DPR AS telah meloloskan paket bantuan putaran baru senilai US$484 miliar dan mengirimkannya kepada Presiden Donald Trump untuk ditandatangani.
Emas memperoleh dukungan lebih lanjut pada Kamis (23/4/2020) setelah data dari AS menunjukkan gelombang pengajuan pengangguran terbaru.
Klaim pengangguran awal AS dilaporkan melonjak 4,4 juta pekan lalu. Total warga AS yang kehilangan pekerjaan kini melebihi 26 juta orang akibat dampak shutdown perekonomian yang dipicu oleh pandemi Covid-19.
Penurunan di pasar minyak pekan ini, yang menyebabkan harga minyak anjlok ke bawah level nol untuk pertama kalinya dalam sejarah, sebelum kemudian mampu rebound, juga mendorong permintaan untuk emas sebagai aset safe haven.