Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan koreksinya pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (21/4/2020).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG ditutup melemah 1,62 persen atau 73,99 poin ke level 4.501,92 pada akhir perdagangan hari ini.
Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 4.481,64-4.575,90.
Pada perdagangan Senin (20/4/2020), IHSG berhasil berakhir di zona merah dengan ditutup melemah 1,27 persen atau 58,92 poin ke level 4.575,90.
Seluruh 10 sektor pada IHSG kompak berakhir di wilayah negatif, didorong sektor pertanian (-2,46 persen) serta pertambangan yang melemah 2,3 persen.
Adapun, sebanyak 76 saham menguat, 323 saham melemah, dan 129 saham bergerak stagnan.
Baca Juga
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang masing-masing melemah 2,16 persen dan 3,64 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG.
IHSG melemah di saat indeks saham di Asia juga tertekan sore ini, dengan indeks Topix dan Nikkei 225 ditutup melemah masing-masing 1,15 persen dan 1,97 persen.
Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 melemah 0,9 persen dan 1,18 persen. Adapun indeks Hang Seng melemah 2,06 persen. Indeks Kospi ditutup melemah 1 persen
Dilansir Bloomberg, bursa Asia melemah setelah laporan bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam kondisi kritis setelah menjalani operasi.
Harga minyak AS tetap menjadi fokus setelah kontrak yang berakhir Selasa jatuh pada awal pekan ke level di bawah nol untuk pertama kalinya dalam sejarah menyusul penuhnya tangki penyimpanan di AS.
Kontrak berjangka di New York berfluktuasi setelah merosot ke level terendah minus US$40,32 di sesi sebelumnya. Sementara itu, kontrak Juni masih berada di atas level US$20.
Spread harga di antara keduanya mencerminkan meningkatnya ketakutan bahwa mereka yang menerima pengiriman fisik minyak mentah dalam waktu dekat mungkin tidak menemukan penyimpanan untuk barel minyak tersebut.
AS memiliki informasi bahwa Kim Jong-un berada dalam kondisi kritis setelah menjalani operasi kardiovaskular pekan lalu, CNN mengatakan AS memiliki intelijen bahwa ia dalam bahaya besar, meskipun Yonhap News Korea Selatan membantah laporan itu.
Krisis kepemimpinan di Korea Utara, yang telah diperintah oleh satu keluarga sejak dibentuk setelah Perang Dunia II, berpotensi memiliki konsekuensi serius bagi stabilitas regional, serta terhadap pembicaraan dengan AS mengenai persenjataan nuklir negara itu.
"Ketidakpastian tentang siapa yang menggantikannya di Korea Utara adalah hal yang tidak diketahui," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di Oanda Asia Pacific, seperti dikutip Bloomberg.