Bisnis.com, JAKARTA – PT Kimia Farma Tbk. menyatakan telah mendistribusikan 16 juta masker medis dan 1 juta masker non-medis hingga 18 April 2019.
Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo menyatakan pihaknya akan terus menambah distribusi masker melalui kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop-UKM).
Dia menyatakan bahwa hingga saat ini pihaknya tidak memiliki fasilitas produksi masker. Dengan demikian, kerja sama dengan produsen masker medis maupun non-medis diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masker yang meningkat di tengah pandemi virus corona.
“Sekitar 2 minggu lalu, kami bekerja sama dengan Kemenkom-UKMagar bisa jadi offtaker hasi produksi non medis UKM, yang tentunya sudah memenuhi syarat kemenkes dan BNPB, jadi pada awal Mei diharapkan bisa menambah jumlah suplai masker,” jelasnya dalam RDP dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (21/4/2020).
Dia menyatakan bahwa pihaknya juga terus memastikan jumlah masker tersedia di seluruh jaringan gerai apotek Kimia Farma. Perseroan juga membatasi jumlah pembelian sebanyak 2 buah per orang.
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero)—induk holding BUMN Farmasi—Honesti Basyir memastikan perusahaan farmasi milik pemerintah tidak akan mengambil keuntungan di tengah pandemi ini. Dia memastikan harga masker dan obat yang diperlukan untuk penanganan virus corona tidak mengalami kenaikan meski harga bahan baku telah melonjak.
Baca Juga
“Masker itu, yang masih menjaga harga masker itu hanya Kimia Farma, di akhir maret kita masih jual Rp2.000 per lembar. Ini untuk menjaga suplai cukup, tapi karena kami haanya, kami mengharapkan adanya kepastan suplai, di situ lah karena demand tinggi, mulai banyak yang melakukan menaikkan harga,” jelasnya.
Dia menambahkan di tengah situasi seperti ini BUMN farmasi akan bergerak sebagai agent of development. Dengan kata lain, pihaknya akan mengesampingkan posisi perusahaan pelat merah sebagai value creator.
Dia menjelaskan banyaknya mafia obat dan alat kesehatan saat ini disebabkan oleh banyaknya transaksi yang masih dijembatani pihak ketiga. Oleh karena itu, dia menegaskan perusahaan farmasi BUMN hanya akan bertransaksi langsung dengan main principle alat kesehatan ataupun obat terkait.
“Contohnya ventilator, itu membuat kita mencari sumber yang lebih pasti, contoh langsung ke pemilik teknologi. Permasalahan dari mafia ini adalah munculkan karena deal lewat broker, makanya kita coba langsung lewat principles,” katanya.