Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Dua Emiten Farmasi Kebal Koreksi

Saham Kimia Farma dan Indofarma secara tahunan sudah naik lebih dari 10 persen.
Pedagang obat melayani pembeli di Pasar Pramuka, Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pedagang obat melayani pembeli di Pasar Pramuka, Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Laju saham emiten sektor farmasi dinilai kebal terhadap koreksi dalam situasi tren pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Indeks sudah bergerak turun  25,29 persen sepanjang tahun berjalan.

Saat badai koreksi menerpa indeks, ternyata sedikitnya ada delapan emiten yang menunjukkan kinerja saham positif. Dua emiten di antaranya tergabung dalam sektor farmasi BUMN yakni PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) memimpin lonjakan harga saham masing-masing 36,21 persen dan 10 persen secara tahunan.

Sejatinya, industri farmasi memang diharapkan mampu menunjukkan kinerja keuangan yang baik di tengah tingginya permintaan akan produk farmasi dan alat kesehatan pasca penyebaran COVID-19 atau virus corona di Indonesia.

Di sisi lain, dampak penurunan harga saham emiten farmasi lainnya mayoritas memang terlihat minim dibanding emiten dari sektor lain. Para analis juga memperkirakan saham emiten farmasi ini mampu menguat pada perdagangan beberapa hari ke depan.

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengungkap secara teknikal saham INAF masih berada pada tren menguat dengan support terdekat Rp1.070. Menurutnya, selama masih berada di level kisaran Rp1.070, masih ada peluang untuk INAF untuk bergerak positif.

Sementara itu, ia juga menuturkan laju saham yang positif juga ditunjukkan oleh emiten farmasi KLBF dan KAEF yang sama-sama berada pada tren menguat masing-masing dengan target harga Rp1.340 dan Rp1.400.

Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menyebutkan emiten farmasi berpeluang bertumbuh karena banyak orang yang memerlukan obat, vitamin dan alat kesehatan saat ini.

Namun di sisi lain, emiten farmasi ini juga tak luput dari tantangan bahan baku yang mayoritas diimpor dari China serta tingginya permintaan obat generik yang membuat margin laba menipis.

“Tantangannya dengan semakin besarnya BPJS, maka yang pertumbuhannya semakin pesat adalah obat generik yang memiliki margin lebih rendah,” ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020).

Konsisten dengan analisis fundamentalnya, Suria merekomendasikan saham KLBF yang menurutnya bisa bertumbuh hingga 6,7 persen secara yoy pada tahun ini dengan kenaikan laba bersih mencapai 5 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper