Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Obat yang Diproduksi Kimia Farma untuk Tangani Pasien Covid-19

Kimia Farma menyatakan telah memproduksi 13 juta tablet Chloroquine dan Azithromycin sebanyak 5 juta tablet.
Seorang petugas di Apotik Kimia Farma sedang melihat persediaan barang yang dijual di etalase./Kimia Farma
Seorang petugas di Apotik Kimia Farma sedang melihat persediaan barang yang dijual di etalase./Kimia Farma

Bisnis.com, JAKARTA – PT Kimia Farma Tbk. menyatakan telah memproduksi dan mendistribusikan 13 juta tablet chloroquine atau klorokuin, obat yang digunakan untuk menangani pasien virus corona atau Covid-19.

Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo mengatakan obat klorokuin telah disalurkan ke lebih dari 600 rumah sakit (RS) Pemerintah Pusat, RS Pemerintah Daerah, RS Swasta, serta institusi kesehatan lain yang menjadi rujukan Covid-19.

“Dalam bidang kuratif, peran kami sejauh ini telah menyalurkan dan memproduksi 13 juta tablet klorokuin,” Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI lewat konferensi video, Selasa (21/4/2020).

Perseroan, lanjutnya, juga telah memproduksi obat Hidroxychloroquine sebanyak 1 juta tablet. Obat ini akan didistribusikan ke jaringan RS yang sama di Indonesia untuk penanganan pandemi Covid-19.

Obat lain yang juga diproduksi oleh perseroan untuk penanganan Covid-19 adalah Azithromycin sebanyak 5 juta tablet. Obat ini juga akan didistribusikan ke jaringan RS Pemerintah, RS swasta, dan apotik.

“Terakhir kami juga mendistribusikan dan memproduksi Vitamin A, Vitamin C, dan Vitamin E ke seluruh RS pemerintah maupun swasta, kurang lebih sejumlah 80 juta butir,” tambahnya.

Menurut Verdi, perseroan melakukan pengkajian lebih dalam untuk bahan baku obat yang dapat digunakan untuk melawan penyakit Covid-19. Di luar klorokuin dan Hydroxychloroquin, Kimia Farma juga mengkaji pengembangan bahan baku untuk Remdevisir, Favipiravir, dan Lopinavor-Ritonavir.

“Dua obat klorokuin dan Hydroxychloroquin sudah diuji, tapi belum jadi rekomendasi untuk Covid-19. Ini jadi kajian kami sebagai pengembangan bahan baku obat,” ujarnya.

Dia menambahkan, proses pengkajian bahan baku obat juga memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Pasalnya,  pengembangan industri farmasi akan bergantung pada industri kimia dasar Indonesia.

Selain itu, Verdi menyatakan Kimia Farma telah mengimpor 10.000 boks rapid test dengan merek Biozek dari Belanda dan telah didistribusikan. Dia juga menegaskan pihaknya tidak menjual alat ini secara ritel dan daring.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper