Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan mengalami penguatan pada perdagangan pekan depan.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, ada beberapa sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG dalam seminggu terakhir. Salah satunya adalah harapan pandemi virus corona (covid-19) telah menuju titik puncak.
Hal tersebut menimbulkan harapan di Eropa akan kembali pada kehidupan normal setelah berbagai negara mulai merencanakan mencabut pembatasan sosial pada kehidupan publik dan bisnis.
Sentimen ini diikuti dengan rencana beberapa negara juga telah merencakan pelonggaran karantina wilayah atau lockdown seperti Spanyol, mulai mengizinkan beberapa area konstruksi dan manufaktur dibuka kembali.
Kemudian, Italia akan membuka beberapa bisnis seperti pembukaan kembali toko buku dan alat tulis serta toko pakaian anak-anak. Denmark juga akan membuka kembali sekolah dasar dan taman kanak-kanak.
“Harapan kembali normalnya perekonomian dunia telah mendorong pasar saham mengalami kenaikan pekan ini. Hal ini masih akan menjadi sentimen positif pada pekan depan,” kata Hans dikutip dari laporannya pada Minggu (19/4/2020).
Baca Juga
Selain itu, kenaikan pasar saham tidak lepas dari harapan pasar akan ditemukannya vaksin untuk virus corona. Gilead Sciences melakukan uji coba remdesivir sebagai obat eksperimental pada pasien covid-19 yang kondisinya parah. Rumah sakit Chicago yang merawat pasien virus corona memakai obat remdesivir mengalami pulih dengan cepat dari gejala yang parah.
Menurut Hans, harapan penemuan vaksin covid 19 menjadi sentimen positif bagi pasar saham. Ia memperkirakan IHSG masih berpeluang menguat pada awal pekan depan.
“Kemungkinan IHSG akan mengalami koreksi pada perdagangan tengah dan akhir pekan. IHSG bakal bergerak dengan suppot 4.463 sampai 4.317 dan resistance di level 4.747 sampai 4.975,” katanya
Meski demikian, pasar saham juga masih dibayangi sejumlah sentimen negatif. Rilis data ekonomi dunia yang keluar menunjukan perlambatan ekonomi sejumlah negara akibat pandemi virus corona.
Data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) menunjukkan, data klaim tunjangan pengguran mingguan di AS tetap tinggi dan terakhir kali dilaporkan mencapai 5,245 juta klaim. Di periode minggu sebelumnya klaim tunjangan pengangguran mencapai 6 juta klaim, 6,6 juta dan 3,3 juta klaim. Sehingga, jumlah orang yang kehilangan pekerjaan di AS menjadi 22 juta orang selama pandemi covid-19.
Penjualan ritel di AS sepanjang Maret 2020 juga turun 8,7 persen, menurut laporan dari Departemen Perdagangan Amerika. Penurunan ini adalah penurunan satu bulan terbesar sejak data dirilis tahun 1992.
S&P Global Economics juga menurunkan prospek ekonomi AS pada 2020 menjadi kontraksi sebesar -5,3 persen. Ini jauh lebih buruk dari prakiraan penurunan sebelumnya sebesar - 1,3 persen.
Ia melanjutkan, laju IHSG juga tertahan pernyataan Dana Moneter Internasional (IMF) yang memprediksi tahun 2020 pertumbuhan ekonomi global akan turun -3 persen dari prediksi sebelumnya di Januari 2020 yang masih tumbuh 3,3 persen.
“Prediksi ini dianggap menimbulkan kekhawatiran sesudah virus corona, dunia menghadapi resesi global,” katanya.