Bisnis.com,JAKARTA— Harga batu bara China terus ambles bisa memicu intervensi pemerintah Negeri Panda terhadap harga bahan bakar tersebut di tengah upaya menopang kembali perekonomian yang merugi akibat pandemi Covid-19.
Dilansir melalui Bloomberg, Senin (13/4/2020), Pemerintah China akan terus mencoba menjaga harga listrik tetap rendah untuk memulai kembali perekonomian menurut para analis.
Sasaran itu diperkirakan akan terbantu oleh penurunan harga patokan di atas 500 yuan China per ton atau batas bawah yang coba dipertahankan oleh Negeri Panda.
"Saya tidak berpikir pemerintah akan melakukan intervensi terlalu banyak karena menurunkan biaya energi dapat menjadi salah satu tujuan selama periode Covid-19," ujar Dennis Ip, Analis Daiwa Capital Markets Hong Kong Ltd. dilansir melalui Bloomberg, Senin (13/4/2020).
Bloomberg mencatat China sebagai pengguna dan produsen bahan bakar terbesar telah berusaha menyeimbangkan kebutuhan perusahaan listrik dan panambang batu bara dengan mengamankan harga kisaran atau green zone 500 yuan hingga 570 yuan.
Dalam beberapa tahun terakhir, harga spot sebagian besar bertahan di atas kisaran. Hal itu sejalan dengan pengawasan yang lebih ketat terhadap tambang lokal, penghapusan kapasitas lama, dan larangan impor untuk memacu permintaan batu bara domestik.
Baca Juga
Pada 2020, harga telah turun karena kapasitas produksi bertambah. Sejalan dengan upaya mendorong kembali perekonomian, para penambang didesak untuk mempercepat kembalinya produksi.
Analis Morningstar Jennifer Song memperkirakan bahwa sektor hilir telah kembali sekitar 75 persen dari operasi normal sesuai dengan data konsumsi batu bara harian, sedangkan penambang akan memulai kembali sepenuhnya. Namun, pihaknya menyebut ada ketidakcocokan pemulihan penawaran dan permintaan.
"Berdasarkan ini, kami akan berpikir pemerintah mungkin perlu menunggu kejelasan lebih lanjut tentang keseimbangan penawaran-permintaan sebelum membuat langkah kebijakan apa pun,” jelasnya.
Harga batu bara spot di Pelabuhan Qinhuangdao menyentuh level 509 yuan per ton pada 7 April 2020. Posisi itu menjadi yang terendah sejak September 2016 menurut China Coal Resource.
Deputy General Manager China Coal Resource Zeng Hao menilai langkah pengetatan impor akan lebih lebih disukai dibandingkan dengan pengurangan produksi.
Sebagai catatan, Pemerintah Negeri Panda telah memaksa para penambang untuk memangkas produksi pada 2016 sejalan dengan upaya mengerek harga.