Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Proyeksi Saham Farmasi Bila Pandemi Covid-19 Berakhir

Pergerakan saham emiten farmasi dinilai defensif di tengah gejolak yang masih melanda pasar modal dalam negeri.
Pedagang obat melayani pembeli di Pasar Pramuka, Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pedagang obat melayani pembeli di Pasar Pramuka, Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan analis memperkirakan laju saham emiten farmasi akan lebih cepat menemukan momentum pemulihan saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai bugar. Dalam periode tahun berjalan, IHSG telah terkoreksi 25,29 persen.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan sektor farmasi cukup diuntungkan dengan kasus besar yakni penyebaran COVID-19. Menurutnya, saham sektor farmasi menjadi rumah bagi emiten-emiten defensif dengan ekspektasi bahwa performa keuangannya akan lebih baik dibandingkan dengan sektor lain.

“Bagus itu belum tentu naik (harga sahamnya). Tapi kalau kita prediksi, kemungkinan performa indeksnya turun, penurunan harga saham emiten farmasi jauh lebih rendah dibanding sektor lain. Dan kalau market recovery, kenaikan emiten farmasi ini lebih tinggi,” ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020).

Dalam catatan Bisnis, ada dua saham emiten farmasi yang mencetak pergerakan moncer, yaitu PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) dan PT Indofarma Tbk. (INAF). (KAEF) dan INAF tercatat mengukir kinerja pertumbuhan 10 persen dan 36 persen secata tahunan.

Walaupun laju saham dua emiten pelat merah itu berada di jalur hijau  Alfred menilai kinerja fundamental KAEF dan INAF tidak linier dengan pergerakan sahamnya saat ini. Seperti yang diketahui, KAEF sendiri membukukan rugi Rp12,72 miliar sepanjang tahun 2019. Sementara itu, INAF masih merugi Rp34,84 miliar hingga kuartal III/2019.

“Status BUMN menurut kami tidak berpengaruh, karena seharusnya eksposur ke emiten BUMN lainnya harusnya sama. Laju kenaikan sahamnya INAF dan KAEF lebih kepada recovery karena di tahun 2019 bisa dibilang saham INAF dan KAEF ini tertekan cukup dalam,” tutur Alfred.

Secara garis besar, Alfred lebih menjagokan saham KLBF, SIDO dan TSPC yang menurutnya mampu bertumbuh secara kinerja fundamental. Target harga yang dipasangnya untuk KLBF dan SIDO masing-masing Rp1.520 dan Rp1.450.

“Jadi menurut saya, sentimen ini bukan berasal dari sektornya. Karena seharusnya kalau melihat fundamental terdekat, pasar harusnya mengapresiasi KLBF, SIDO dan TSPC yang mampu tumbuh untuk bottom line pada tahun 2019 meskipun naik tipis,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper