Bisnis.com, JAKARTA—COVID-19 yang telah menjalar ke berbagai negara di luar China mulai berimbas pada turunnya permintaan beberapa negara terhadap minyak mentah. Begini penjelasannya.
Pada Sabtu (11/4/2020), Bloomberg mencatat setidaknya sepertiga hingga separuh penduduk dunia dikarantina. Artinya, perjalanan darat bahkan udara yang melibatkan penggunaan produk turunan minyak mentah langsung turun karena hanya kegiatan penting saja yang masih berjalan.
Rystad Energy AS memprakirakan permintaan minyak mentah global bakal turun 27 juta barel per hari di bulan ini. Sementara itu, Trafigura Group mengestimasikan penurunan konsumsi sekira 35 juta barel sehari.
Berikut beberapa negara yang telah merasakan penurunan konsumsi.
Amerika Serikat
Permintaan minyak telah turun ke 14,4 juta barel per hari atau terendah sejak 1990. Level tersebut juga menunjukkan penurunan lebih dari 30 persen dari masa sebelum krisis. Dalam proyeksi jangka pendek, EIA memproyeksikan penurunan permintaan minyak akan menyentuh 16,7 juta barel per hari pada April.
India
Negara dengan konsumen terbesar ketiga di dunia ini juga mencatatkan anjolnya permintaan minyak mentah sebesar 70 persen sejalan dengan langkah karantina nasional. Konsumsi selama sebulan bisa menyentuh rata-rata 50 persen di bawah realisasi pada tahun lalu, mengacu pada tiga pekan karantina wilayah yakni berakhir pada 15 April. Bloomberg mencatat permintaan yang hilang mencapai 3,1 juta barel per hari.
China
Pemilik kilang di China yang merupakan pengimpor minyak mentah terbesar akan memperbesar volume pengolahan hingga mendekati rata-rata tahun lalu pada bulan ini. Sejumlah kilang yang sebelumnya sempat menganggur pun akan dioperasikan kembali April. Hal itu memberikan secercah harapan bagi pasar global karena Wuhan sebagai tempat penyebaran virus corona pertama kali akan kembali beroperasi setelah menerapkan karantina selama 4 bulan.
Kanada
Produsen minyak Kanada menyatakan penurunan permintaan bakal mencapai 1,1 juta barel per hari pada kuartal II/2020. Senior analis Rystad Energy, Thomas Liles pun menyebut produsen minyak Kanada menjadi yang paling terdampak pandemi COVID-19. Hingga saat ini, Kanada mengestimasikan telah kehilangan 325.000 barel per hari.
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik A Cia Espanola de Petroleos SA (Cepsa) di Madrid, Spanyol (Paul Hana/Bloomberg)
Spanyol
Bloomberg mencatat permintaan minyak di Spanyol turun 23% pada Maret. Permintaan gasoline tereduksi 35,5 persen dan diesel turun 26,5 persen. Sementara itu, permintaan kerosin yang utamanya digunakan sektor penerbangan telah merosot 42,5 persen karena seluruh penerbangan dihentikan dan Spanyol memperpanjang karantina hingga 25 April.
Italia
Senada dengan Spanyol, Italia merupakan negara dengan pembatasan mobilitas paling keras di Eropa mengalami penjualan bensin merosot sebesar 85 persen. Para pengusaha kilang bakal mengalami gangguan rantai pasok secara permanen bila karantina berlanjut hingga Juni.
Inggris
Penjualan gasoline terpangkas 66 persen dan diesel 57 persen pada 31 Maret 2020, mengacu pada asosiasi peritel bahan bakar minyak. Sementara itu, Tesco Plc menyatakan penjualan gasoline turun 70 persen dalam beberapa pekan terakhir sejalan dengan pemberlakuan karantina.
Belanda
Dalam sebuah survey, sejumlah diler mobil di Belanda kehilangan separuh laba akibat COVID-19. Selain itu, 80 persen di antaranya mencari tambahan utang dalam tiga bulan.