Bisnis.com,JAKARTA – PT Pan Brothers Tbk. tengah meninjau penarikan sindikasi perbankan baru untuk menggantikan fasilitas modal kerja yang akan jatuh tempo pada 2021.
Wakil Direktur Utama Pan Brothers Anne Patricia Sutanto menjelaskan bahwa saat ini perseroan memiliki fasilitas kredit modal kerja bergulir senilai US$138 juta. Pinjaman itu menurutnya akan jatuh tempo pada 2021.
Anne mengatakan saat ini perseroan tengah mengkaji pinjaman sindikasi yang baru untuk pembiayaan kembali atau refinancing fasilitas tersebut. Emiten tekstil berkode saham PBRX itu akan menarik fasilitas modal kerja yang baru dengan durasi jatuh tempo yang lebih panjang.
“Pinjaman sindikasi sama hanya lebih panjang sampai dengan 2023,” jelasnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Dia mengatakan akan menarik minimal fasilitas baru senilai US$138 juta. Fasilitas itu diperkirakan akan berasal dari enam perbankan.
Seperti diketahui, Moody’s Investors Service baru-baru ini menurunkan outlook PBRX dari stabil menjadi negatif.
Baca Juga
Perubahan prospek produsen tekstil mencerminkan ketidakpastian terkait dengan pembiayaan kembali fasilitas kredit senilai US$138,5 juta yang jatuh tempo pada Februari 2021 di tengah kondisi yang menantang dan meningkatnya gejolak global serta regional.
Moody’s menyebut saldo kas PBRX senilai US$64 juta per kuartal III/2019 akan cukup menutupi kebutuhan kas operasional, pengeluaran modal yang direncanakan, dan pembayaran utang jangka pendek serta dividien yang diproyeksikan selama 12 bulan—18 bulan ke depan.
Namun, jumlah itu diperkirakan tidak cukup untuk menutupi fasilitas kredit bergulir senilai US$138 juta yang jatuh tempo Februari tahun depan.
Anne menyebut penjelasan Moody’s hanya dipakai sebagai persyaratan. Pasalnya, saat ini perseroan tidak memiliki isu permasalahan arus kas.
Bahkan, dia meyakini pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak akan berdampak signifikan terhadap perseroan. Pasalnya, pendapatan PBRX sebagian besar dalam denominasi dolar AS.
“Jadi, walauapun kami memiliki utang dolar AS, kami masih memiliki natural hedge,” imbuhnya.