Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan Global, Rupiah Diprediksi Kembali Lanjutkan Tren Pelemahan

Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.400 hingga Rp16.700, pada perdagangan hari ini.
Karyawan menghitung uang dollar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Senin (11/3/2019). Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan menghitung uang dollar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Senin (11/3/2019). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah diprediksi kembali tertekan pada perdagangan Kamis (2/4/2020).

Dalam perdagangan Rabu (1/4/2020) kemarin, mata uang garuda ditutup melemah di level Rp16.450 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.310 atas dolar AS.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pada perdagangan hari ini rupiah kemungkinan masih melanjutkan tren pelemahan.

Dia memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.400 hingga Rp16.700, pada perdagangan hari ini.

"Tekanan global masih cukup kuat walaupun pemerintah dan Bank Indonesia terus membuat terobosan-terobosan melalui strategi bauran guna untuk menekan melemahnya ekonomi akibat dari pandemi virus corona tersebut," tulisnya dalam siaran pers, Rabu (1/4/2020).

Di sisi lain, berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS di pasar spot atau Dolar Index Spot melemah pada perdagangan Kamis (2/4/2020) pagi ini.

Hingga pukul 07.36 WIB, Kamis (2/4/2010) indeks dolar di pasar spot berada di kisaran US$99,514 turun 0,159 poin atau 0,16 persen setelah dibuka pada posisi US$99,525.

Faktor ekternal yang mempengaruhi adalah data manufaktur dari Asia dan Eropa menunjukkan perlambatan ekonomi yang parah ketika kawasan mencoba untuk memerangi pandemi virus corona.

Goldman Sach juga merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi AS menjadi minus 34 persen secara annualized (kuartalan yang disetahunkan) pada kuartal I/2020.

Meski begitu, Goldman Sach memperkirakan pemulihan akan terjadi secara bertahap mulai Mei atau Juni. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat diperkirakan melesat 19 persen pada kuartal III/2020.

Dari sisi domestik, rilis data IHS Markit melaporkan PMI Indonesia pada Maret 2020 adalah 45,3, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 51,9 sekaligus menjadi yang terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI yang dimulai pada April 2011.

Kondisi yang serba tak menentu akibat pandemi global telah mendorong terjadinya gejolak ekonomi yang tidak biasa. Oleh karena itu, pemerintah dan juga Bank Indonesia (BI) mempersiapkan langkah antisipasi bersama melalui kebijakan luar biasa yang diatur lewat Perpu No.1 tahun 2020 tentang kebijakan keuangan dalam rangka menghadapi ancaman COVID-19.

Dalam UU BI diatur bahwa BI tidak boleh membiayai defisit fiskal, namun di kondisi tidak normal yang menyebabkan defisit fiskal yang besar BI dimungkinkan untuk meneyrap kebutuhan defisit fiskal melalui membeli SUN dan SBSN di pasar perdana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper