Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Penurunan Rating Utang Perusahaan Ancam Peringkat Investasi Negara

Tren ini dipicu oleh melemahnya harga komoditas selama beberapa waktu belakangan dan kondisi pandemi saat ini.
Moody's Investor Service/Bloomberg
Moody's Investor Service/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga pemeringkat Moody’s Investors Service belakangan melakukan pemangkasan rating utang sejumlah emiten di Indonesia.

Berdasarkan data yang dihimpun, hingga Kamis (2/4/2020), Moody’s setidaknya telah menurunkan proyeksi utang enam emiten, yakni PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Medco Energi International Tbk (MEDC), dan PT Pan Brothers Tbk (PBRX).

Outlook utang perusahaan-perusahaan tersebut diubah menjadi negatif. Penurunan rating BUMI dan MEDC berkaitan dengan melemahnya harga komoditas selama beberapa waktu belakangan. Hal ini dinilai akan mempengaruhi kemampuan keduanya dalam melakukan pembayaran maupun pembiayaan utang.

Sementara itu, peringkat GJTL dan ASRI diturunkan karena keduanya terkena dampak pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS. Terkait ASRI,

Moody’s Vice President and Senior Credit Officer Jacintha Poh menambahkan, ASRI diperkirakan akan membutuhkan suntikan dana eksternal untuk memperpanjang utang yang jatuh tempo pada 2021.

“Kami tidak yakin ada dana internal untuk memperpanjang tenor. Depresiasi rupiah Indonesia terhadap dolar AS dalam rupiah minggu lalu telah memperburuk risiko refinancing Alam Sutera,” kata Poh beberapa waktu lalu.

Sementara itu, rating APLN yang menurun merefleksikan ketidakpastian Agung Podomoro Land untuk membiayai kembali utang yang jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan. Selain itu, keuangan perusahaan juga dinilai kurang fleksibel karena terbebani oleh investasi properti, termasuk hotel.

Adapun PBRX dinilai tidak memiliki dana yang memadai untuk membayar utang karena kondisi pasar regional dan global yang tengah bergejolak.

Terkait tren tersebut, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, koreksi rating utang yang terjadi pada korporasi di Indonesia mencerminkan risiko yang semakin tinggi seiring dengan naiknya ketidakpastian global.

Ramdhan pun memperkirakan akan semakin banyak perusahaan yang peringkat utangnya mengalami penurunan. Pasalnya, kondisi pasar Indonesia saat ini sangat mengganggu cashflow perusahaan yang akan turut berdampak pada kegiatan operasional dan usaha.

“Sektor-sektor seperti pertambangan dan finance yang sangat tergantung dengan kondisi harga komoditas dan daya beli masyarakat akan terkena dampak paling besar. Saat ini, harga-harga sedang melemah, begitupun dengan daya beli,” jelasnya saat dihubungi pada Kamis (2/4/2020) di Jakarta.

Ramdhan mengatakan, peringkat utang perusahaan yang turun dikhawatirkan juga akan meningkatkan risiko investasi di Indonesia. Hal tersebut dapat membuat aliran modal asing (capital inflow) yang masuk ke Indonesia berkurang.

Dia melanjutkan, tingkat utang Indonesia yang masih berada di investment grade perlu dipertahankan. Pasalnya, negara masih amat membutuhkan suntikan modal asing kembali masuk setelah capital outflow yang terjadi selama 2 bulan belakangan.

Data Bank Indoneisa (BI) menyatakan, sejak 20 Januari 2020 hingga 30 Maret 2020, arus modal asing yang keluar (capital outflow) tercatat Rp167,9 triliun. Hal tersebut terjadi sejak penyebaran virus corona terjadi di Indonesia. Capital outflow yang keluar Indonesia sebagian besar merupakan surat berharga negara (SBN) Rp153,4 triliun dan saham Rp13,4 triliun.

Guna menjaga risiko utang perusahaan di Indonesia, pemerintah perlu memberikan sejumlah insentif kepada perusahaan untuk mengimbangi stimulus yang telah diberikan untuk mendorong daya beli masyarakat.

“Karena dengan stimulus yang ditargetkan untuk masyarakat pasti akan memiliki dampak tertentu bagi perusahaan. Pemerintah perlu menjaga keseimbangan pemberian paket insentif dengan hati-hati agar Indonesia tetap memiliki rating investment grade,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper