Bisnis.com, JAKARTA – Pemegang lisensi gerai restoran cepat saji KFC di Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) mengakui adanya penurunan nilai penjualan dan jumlah transaksi yang disebabkan karena tekanan pandemi COVID-19 atau virus corona di Indonesia.
Hal ini membuat perseroan memilih mengambil langkah strategis untuk berfokus pada aktivitas operasional.
Dikutip dari laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan nilai penjualan dan jumlah transaksi dinilai mempengaruhi perputaran kas perusahaan.
Dengan demikian, perseroan bermaksud untuk memperpanjang masa penyampaian laporan keuangan untuk tahun buku 2019 yang semula ditetapkan paling lambat Senin (30/3/2020) lalu.
“Adapun hal ini disebabkan karena tekanan pandemi virus COVID-19 di Indonesia yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat Indonesia sejak 2 bulan belakangan ini,” tulis manajemen yang ditandatangi oleh Corporate Secretary J. Dalimin Juwono, Rabu (1/4/2020).
Mengacu kepada Surat OJK No. S-101/D.04/2020 tanggal 24 Maret 2020, otoritas memang memberikan relaksasi perpanjangan waktu pemberian laporan keuangan tahunan perusahaan terbuka hingga 31 Mei 2020 mendatang.
Baca Juga
Bersamaan dengan relaksasi penyampaian laporan keuangan tahunan, otoritas juga memberikan kelonggaran pelaksanaan RUPS Tahunan yang harusnya dilakukan paling lambat 30 Juni diubah menjadi 31 Agustus 2020.
Sebelumnya, Fast Food Indonesia memproyeksikan penjualan senilai Rp8 triliun pada 2020. Nilai ini tumbuh 14,1 persen secara tahunan dibandingkan dengan target akhir 2019.
Direktur Fast Food Indonesia Shivashish Pandey mengatakan pertumbuhan penjualan tahun depan bakal didorong oleh penambahan 60 hingga 65 gerai yang dilakukan pada tahun ini. Untuk akhir 2019, penjualan diproyeksikan senilai Rp7,01 triliun atau tumbuh 13,9 persen secara tahunan.
Per akhir September 2019, pendapatan yang diraih perseroan senilai Rp5,01 triliun, tumbuh 12,91 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Penambahan gerai baru [yang dilakukan tahun ini] akan mencapai full year sales tahun depan,” ujarnya seusai Public Expose di Jakarta, Senin (23/12/2019).
Perseroan juga bakal merenovasi gerai yang sudah ada dan diyakini bakal menarik penjualan dan transaksi yang lebih tinggi. Selain itu, emiten dengan kode saham FAST ini telah memiliki rencana untuk merilis beberapa produk baru.
“Ketiga faktor tersebut akan mendorong penjualan tahun depan,” ujar Shivashish.
Dari sisi laba bersih, perseroan memperkirakan pada akhir tahun bisa tumbuh 5 persen secara tahunan. Pada akhir tahun lalu, FAST membukukan laba bersih senilai Rp212,01 miliar. Hingga kuartal III tahun ini, laba bersih perseroan tercatat senilai Rp175,70 miliar.
Dia menambahkan jika pertumbuhan laba bersih perseroan didorong oleh faktor efisiensi dan pertumbuhan penjualan yang baik, hingga dua digit.
“Tahun depan, rencana pertumbuhan laba bersih di budget bisa lebih besar dan akan kami kejar,” katanya.