Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tips Kapan Sebaiknya Meninjau Ulang Portofolio Investasi

Penting untuk melakukan peninjauan ulang atau review secara berkala atas portfolio yang dimiliki.
Karyawan menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (26/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Karyawan menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (26/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Portofolio dan diversifikasi investasi tentunya akan sangat bergantung pada kebutuhan dan tujuan investasi, termasuk portofolio dalam investasi kolektif atau reksa dana.

Maka dari itu, penting untuk melakukan peninjauan ulang atau review secara berkala atas portfolio yang dimiliki. Apalagi jika ada sesuatu yang menganggu pasar dan berpotensi menganggu tujuan keuangan yang ingin dicapai, seperti dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini.

Dengan melakukan peninjauan ulang, investor dapat menyesuaikan portofolio investasi reksa dananya saat ini ke ‘jalur’ yang kembali sesuai dengan tujuan awal. Jika demikian, kapan waktu yang tepat untuk meninjau ulang portofolio investasi kita?

Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Freddy Tedja menjelaskan kondisi yang tepat untuk mulai melakukan peninjauan kembali portofolio investasi.

Freddy mengatakan saat seseorang memutuskan untuk mulai berinvestasi, tentunya mereka sudah mengetahui target atau tujuan berinvestasi. Baik untuk biaya pernikahan, sekolah anak, atau persiapan pensiun di masa mendatang.

“Nah, ketika kita sudah menentukan tujuan keuangan yang akan kita capai, penting untuk melakukan diversifikasi atas portofolio investasi kita,” ujarnya dalam publikasi MAMI, seperti dikutip Bisnis.com, Rabu (1/4/2020).

Hal tersebut bertujuan apabila ternyata satu produk hasilnya tidak sesuai yang direncanakan, diharapkan produk lainnya mampu memberikan hasil yang lebih optimal. Atau yang lebih sempurna adalah jika keduanya dapat saling menyeimbangkan dan membuat investasi tetap optimal di setiap kondisi pasar yang terjadi.

Menurutnya, ketika investor membangun portofolio reksa dana, pilihan reksa dana akan tergantung kepada profil risiko dari investor. Karakter investor yang agresif, cenderung menempatkan portofolionya di reksa dana saham sekitar 70 persen, sisanya di jenis reksa dana lain, seperti pasar uang atau pendapatan tetap.

“Sedangkan untuk yang konservatif, sekitar 50 persen portofolio ditempatkan pada reksa dana pendapatan tetap, sisanya pada reksa dana lain,” jelas Freddy.

Di sisi lain, seiring waktu berjalan bisa saja tujuan investasi berubah. Atau dalam kasus lain mungkin tujuannya sama, tapi jangka waktunya yang berubah, misalnya dibutuhkan lebih cepat dibandingkan rencana awal.

“Inilah yang membuat kita harus melakukan review atas investasi kita. Belum lagi, ada juga kondisi dimana tujuan dan jangka waktu investasi tidak berubah, tetapi terjadi kondisi luar biasa di pasar finansial yang yang berpotensi mengganggu tujuan keuangan kita,” ujarnya.

Freddy mencontohkan kondisi pasar saham Indonesia sepanjang tahun berjalan yang tercermin dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mengalami penurunan sebesar 30,95 persen per 26 Maret 2020.

Penurunan IHSG secara tidak langsung dapat mempengaruhi target awal atau tujuan investasi dan inilah saat yang tepat untuk harus segera melakukan review atas portofolio investasi yang dimiliki.

“Lalu kapan waktu yang tepat untuk melakukan review portofolio? Dalam kondisi normal, jangka waktu ideal untuk melakukan review bisa dilakukan setiap tahun. Namun di kondisi seperti ini, review portofolio bisa dilakukan dalam waktu tiga bulan,” tuturnya.

Pertama-tama, tambahnya, investor harus melihat bagaimana posisi diversifikasi investasi yang dimiliki.

Misalnya portofolio awal memilih 50 persen saham dan 50 persen obligasi, tapi dengan berjalannya waktu dan volatilitas pasar, ternyata saat ini portofolio kita sudah berubah menjadi 30 persen saham dan 70 persen obligasi, karena terjadi penurunan cukup besar di pasar saham.

Jika demikian yang terjadi, maka investor harus menambah porsi saham atau memindahkan sedikit porsi obligasi supaya komposisi portofolio kembali sesuai dengan awal yang dikehendaki oleh investor.

Selain itu, Freddy mengingatkan review portofolio tidak hanya penting dilakukan ketika kondisi pasar sedang gonjang-ganjing.

Saat kondisi pasar sedang bullish pun, bisa saja portofolio investasi berubah. Misalnya dalam contoh yang sama, bisa saja porsi sahamnya yang meningkat pesat sehingga tidak lagi seimbang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper