Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jumlah Kasus Corona AS Terbanyak, Wall Street Terbakar

Berdasarkan data worldometers.info, Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus virus corona terbanyak di dunia dengan pasien positif sebanyak 103.729 orang.
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat memerah pada penutupan perdagangan Jumat (27/3/2020) setelah mengalami reli tercepat dalam sembilan dekade terakhir.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup merosot 4,06 persen atai 915,39 poin ke level 21.636,78. Indeks S&P 500 terkoreksi 88,60 poin atau 3,37 persen ke angka 2.541,47.

Nasdaq Composite Index tak luput dari pelemahan dengan penurunan sebesar 295,16 poin atau 3,79 persen ke level 7.502,38. Nyse Composite Index turun 349,07 poin atau 3,31 persen ke level 10.187,21.

Sementara, S&P/TSK Composite Index berada di level 12.687,74, terkoreksi 5,11 persen atau 683,43 poin.

Investor telah kembali ke pasar saham menyusul spekulasi paket bantuan fiskal senilai dari pemerintah AS senilai US$2 triliun untuk menanggulangi dampak virus corona terhadap perekonomian, namun sebagian pihak khawatir bahwa reli yang terjadi hanya merupakan rebound semu.

Sudah jelas bahwa virus corona atau Covid-19 telah menghentikan kegiatan ekonomi, dengan klaim pengangguran baru melonjak di atas 3 juta karena sebagian besar wilayah di AS mengalami lockdown untuk memperlambat penyebaran virus.

"Kegembiraan pasar muncul karena paket stimulus ini, tetapi kita tidak bisa melupakan fakta bahwa kita belum selesai," kata Kevin Caron, manajer portofolio Washington Crossing, seperti dikutip Bloomberg.

"Data ekonomi akan terlihat sangat buruk beberapa bulan ke depan," ungkapnya.

Sementara itu, berdasarkan data worldometers.info, Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus virus corona terbanyak di dunia dengan pasien positif sebanyak 103.729 orang dan total meninggal dunia sebanyak 1.693 jiwa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper