Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IEA Peringatkan Permintaan Terjun Bebas, Minyak Lanjutkan Pelemahan

Berdasarkan data Bloomberg, minyak patokan AS, West Texas Intermediate dditutup melemah 7,7 persen atau  1,89 poin ke level US$22,60 per barel di New York Mercantile Exchange.
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melanjutkan pelemahan pada perdagangan Kamis (26/3/2020) setelah kepala International Energy Agency memperingatkan permintaan global akan terjun akibat wabah virus coorna (Covid-19).

Berdasarkan data Bloomberg, minyak patokan AS, West Texas Intermediate dditutup melemah 7,7 persen atau  1,89 poin ke level US$22,60 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, harga minyak global, Brent, ditutup melonjak  3,8 persen ke level US$26,34 persen.

Direktur eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan permintaan bisa turun hingga 20 juta barel per hari. Pesimisme investor semakin meningkat, didorong oleh keputusan AS untuk membatalkan tawaran pembelian minyak mentah setelah gagal memenangkan pendanaan dari Kongres.

IHS Markit meningkatkan kekhawatiran mengenai kehabisan ruang penyimpanan menyusul permintaan yang anjlok. Sementara itu, Goldman Sachs Group Inc. juga memperingatkan kontraksi besar-besaran dalam permintaan yang bahkan tidak dapat diimbangi oleh pemangkasan pasokan dari OPEC.

Presiden Direktur OTC Futures Mike Hiley mengatakan minyak akan terus terjebak dalam guncangan penawaran dan permintaan secara simultan. Stimulus tidak terlalu membantu masalah karena orang-orang mengurangi aktivitas bepergian dengan kendaraan.

"Kami belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya," kata Mike, seperti dikutip Bloomberg.

Jatuhnya harga minyak mentah tidak terpengaruh oleh rencana Senat AS menyetujui rencana stimulus senilai US$2 triliun setelah berhari-hari negosiasi yang intens. DPR AS berada di bawah tekanan untuk meloloskan RUU tersebut dan mengirimkannya kepada Presiden Donald Trump segera disahkan.

Sementara itu, Gedung Putih mendesak Arab Saudi untuk membatalkan kembali rencananya untuk memompa lebih banyak pasokan minyak mentah.

Namun, Goldman mengingatkan setiap perjanjian untuk mengurangi pasokan di antara produsen tidak akan berpengaruh banyak dalam menghadapi anjloknya permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kilang di India, yang menjadi importir minyak mentah terbesar ketiga di dunia, tengah bersiap untuk memangkas tingkat pemrosesan hingga 50 persen, menurut perkiraan dari salah satu pemasok terbesar negara itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper