Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia menjadi negara terbanyak kedua yang melakukan penerbitan sukuk sepanjang 2019.
Menurut laporan dari Moody’s Investors Service yang dirilis pada Kamis (26/3/2020), total penerbitan sukuk global pada 2019 mencapai US$71 miliar.
Dari jumlah tersebut, negara anggota Gulf Cooperation Council (GCC) menyumbang porsi penerbitan terbesar senilai US$25 miliar dengan Arab Saudi sebagai penerbit terbanyak dengan US$19,1 miliar.
Indonesia menempati urutan kedua dengan total penerbitan US$15,9 miliar disusul Malaysia dengan total US$14,6 miliar. Selanjutnya, Turki berada di peringkat keempat dengan penerbitan sukuk senilai US$10,3 miliar.
Lonjakan penerbitan terbesar dialami oleh Turki setelah pada 2018 lalu mencatatkan total emisi US$2,1 miliar. Kenaikan ini didorong oleh kebijakan fiskal ekspansif dari pemerintah Turki untuk memulihkan perekonomiannya.
Sementara itu, Indonesia mencatatkan kenaikan emisi sukuk jangka panjang sebanyak US$4,5 miliar, dengan US$2 miliar diantaranya berupa sukuk valuta asing.
Baca Juga
“Hal ini sejalan dengan pelebaran defisit yang dilakukan pemerintah Indonesia pada 2019 lalu ke posisi 2,2 persen,” demikian kutipan laporan tersebut.
Laporan tersebut menyebutkan, untuk tahun 2020, Arab Saudi, Indonesia, dan Malaysia akan terus melanjutkan peningkatan penerbitan sukuk pada tahun ini untuk membiayai pelebaran defisit fiskal. Turki juga diperkirakan akan melanjutkan tren kenaikan emisi sukuk seiring dengan kebijakan ekspansifnya.
Sementara itu, kebutuhan pembiayaan melalui sukuk menunjukkan tren pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir. Pada 2019, sebanyak 54 persen dari pembiayaan defisit yang dilakukan Arab Saudi ditempuh dengan penerbitan sukuk. Hal tersebut berbeda bila dibandingkan dengan 2017 dimana Arab Saudi melakukan pembiayaan melalui obligasi konvensional.
Sementara itu, total pembiayaan yang dilakukan Indonesia melalui penerbitan sukuk juga telah mencapai sepertiga dari keseluruhan defisit. Perolehan tersebut naik cukup signifikan bila dibandingkan dengan angka sebelum tahun 2015 yang berada dibawah 15 persen.
Sementara itu, pada 2021 Moody’s memperkirakan angka penerbitan sukuk secara global akan mengalami sedikit penurunan di posisi US$70 miliar. Estimasi tersebut dengan mengasumsikan harga minyak dunia akan mengalami pemulihan pada tahun depan.