Bisnis.com, CHICAGO - Harga emas berjangka melonjak lagi di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, mencatat kenaikan persentase harian terbesar dalam lebih dari satu dekade pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), di tengah berita penutupan tambang emas serta kekhawatiran inflasi.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April melambung US$93,2 atau 5,95 persen menjadi ditutup pada US$1.660,8 per ounce. Emas berjangka meningkat US$83 atau 5,59 persen menjadi US$1.567,60 per ounce sehari sebelumnya.
Para analis pasar percaya bahwa investor membeli emas untuk melakukan lindung nilai terhadap potensi inflasi, ketika Federal Reserve AS telah berjanji akan membeli sekuritas dalam jumlah tak terbatas untuk menstabilkan ekonomi AS di tengah pelambatan yang dipicu oleh wabah virus corona (Covid-19).
"Stimulus besar-besaran dan program pelonggaran kuantitatif terus berlanjut mendukung emas saat mengikis mata uang dolar AS," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Penambangan emas dan infrastruktur pemrosesan di Afrika, Eropa dan Amerika Serikat yang telah dihentikan sementara karena wabah virus corona, juga mendorong harga emas lebih tinggi.
Indeks dolar AS turun 0,40 poin atau 0,39 persen ke level 102,08, pada pukul 17.55 GMT, menawarkan lebih banyak dukungan bagi emas.
Namun demikian, Dow Jones Industrial Average naik 1.502,16 poin atau 8,08 persen menjadi 20.094,09 poin pada pukul 17.50 GMT, sedikit mengganjal kenaikan emas.
Emas juga di bawah tekanan ketika Departemen Perdagangan AS mengumumkan pada Selasa (24/3/2020) bahwa penjualan rumah baru naik 765.000 unit lebih baik dari yang diperkirakan selama Februari.
Sementara logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik 99,6 sen atau 7,51 persen, menjadi ditutup pada US$14,257. Platinum untuk pengiriman April naik US$74,2 atau 11,82 persen, menjadi menetap pada 701,7 dolar AS per ounce.