Bisnis.com, JAKARTA – Emiten farmasi PT Merck Tbk. membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 21,68 persen sepanjang 2019.
Dikutip dari laporan keuangan tahunannya yang dipublikasikan melalui harian Bisnis Indonesia, perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan dari Rp611,96 miliar pada tahun 2018 menjadi Rp744,63 miliar pada tahun 2019.
Beban pokok penjualannya juga ikut naik 5,26 persen menjadi Rp421, 32 miliar. Namun, perseroan masih mendapatkan laba dari penjualan aset tetap dan pendapatan lainnya sehingga mendongkrak laba usaha menjadi Rp125,59 miliar.
Meski begitu, laba dari operasi yang dihentikan setelah pajak senilai Rp1,12 triliun pada tahun 2018, membuat laba perseroan akhirnya melorot 93,27 persen menjadi Rp78,25 miliar pada tahun 2019.
Walhasil, laba per saham atau earning per share yang dapat dibagikan perseroan pada tahun 2018 sebesar Rp2.597, terjun ke posisi Rp175 pada tahun lalu.
Adapun, liabilitas perseroan menurun 58,78 persen menjadi Rp307,05 miliar pada tahun lalu. Sedangkan, perseroan masih menjaga ekuitasnya dengan kenaikan sebesar 14,61 persen ke posisi Rp594,01 miliar. Produsen produk Sangobion dan Neurobion itu juga mengalami penurunan aset 28,66 persen dari posisi Rp1,26 triliun menjadi Rp901,06 miliar.
Seperti yang diketahui, emiten berkode saham MERK tersebut juga berpotensi kehilangan pendapatan sebesar Rp32 miliar. Pada Senin (16/3/2020) lalu, perseroan mengumumkan pihaknya tidak lagi memasok dan mendistribusikan produk Thiamine untuk Bayer Indonesia.
Merck menyebutkan telah menerima pemberitahuan dari Merck KGaA, pemegang saham utama Merck, sehubungan dengan adanya permintaan mengalokasikan dan mengubah proses pengadaan produk Thiamine secara global melalui Jerman.