Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok ke zona merah dan berakhir anjlok hampir 5 persen pada perdagangan hari ini, Senin (23/3/2020), di tengah pelemahan bursa Asia.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG ditutup di level 3.989,52 dengan koreksi tajam 4,90 persen atau 205,43 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Jumat (20/3/2020), IHSG mampu ditutup di level 4.194,94 dengan kenaikan tajam 2,18 persen atau 89,52 poin, rebound dari koreksi yang dibukukan empat hari perdagangan berturut-turut sebelumnya.
Indeks mulai tersungkur dari rebound-nya dengan bergerak di zona merah pada awal perdagangan Senin (23/3) bahkan aktivitas perdagangannya sempat terhenti pukul 14.52 WIB karena nilai IHSG terkontraksi 5 persen atau 209,87 poin ke level 3.985,07.
Dengan demikian, sejak pemberlakukan trading halt atau penghentian sementara perdagangan selama 30 menit pada 11 Maret 2020, perdagangan di BEI tercatat sudah mengalami trading halt sebanyak 5 kali hingga kini.
Sepanjang perdagangan Senin (23/3), IHSG bergerak fluktuatif di level 3.975,19 – 4.194,94. Seluruh 10 sektor pada IHSG tertekan di zona merah, dipimpin industri dasar (-5,87 persen), manufaktur (-5,77 persen), dan barang konsumen (-5,75 persen).
Baca Juga
Menurut tim Riset Samuel Sekuritas Indonesia, pelemahan IHSG pada perdagangan hari ini dipengaruhi oleh belum redanya kepanikan pasar terhadap wabah virus corona (Covid-19).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun bergantung pada cara penanganan Covid-19, baik di dalam negeri maupun seluruh dunia.
Menteri Keuangan bersama dengan Kementerian Keuangan telah membuat beberapa skenario terkait durasi Covid-19 dan kemungkinan terjadinya lockdown. Sri Mulyani memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih bisa tumbuh 4 persen dengan skenario moderat.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa hanya tumbuh 2,5 persen bahkan 0 persen jika durasi Covid-19 lebih dari 3 sampai 6 bulan terutama jika penanganan bencana Covid-19 dengan cara lockdown.
“Pergerakan IHSG kali ini juga dipengaruhi oleh bursa saham AS yang kembali ditutup melemah Jumat pekan lalu (20/3). Dow Jones terkoreksi sebesar 4,55 persen, indeks S&P 500 turun 4,34 persen, sedangkan Nasdaq ditutup negatif 3,79 persen,” terang Samuel Sekuritas dalam publikasi risetnya.
Sejalan dengan IHSG, rata-rata indeks saham lainnya di Asia ikut tersungkur ke zona merah setelah mampu rebound pada perdagangan terakhir pekan lalu.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing anjlok 3,11 persen dan 3,36 persen, sedangkan Hang Seng Hong Kong berakhir terjerembap 4,82 persen.
Adapun indeks Taiex Taiwan melemah 3,73 persen dan indeks Kospi Korea Selatan ditutup anjlok 5,34 persen setelah mampu naik tajam lebih dari 7 persen pada perdagangan Jumat (20/3).
Koreksi tajam juga dialami indeks saham di Asia Tenggara, seperti FTSE Straits Times yang terperosok lebih dari 7 persen dan indeks FTSE KLCI Malaysia yang merosot 3,33 persen.
Bursa Asia terbebani lonjakan jumlah korban jiwa akibat pandemi virus corona (Covid-19) dan tak tercapainya kesepakatan dalam Kongres Amerika Serikat soal rencana paket bantuan.
Hingga Senin (23/3) siang WIB, jumlah total kasus Covid-19, penyakit yang disebabkan virus corona jenis baru, mencapai lebih dari 340.000 kasus, dengan lebih dari 14.000 korban jiwa dan hampir 100.000 orang dinyatakan sembuh di seluruh dunia, dikutip dari worldometers.
Di Amerika Serikat, kubu Demokrat memblokir upaya Senat AS untuk dapat meloloskan paket bantuan bernilai besar-besaran. Menurut Ketua DPR Nancy Pelosi, langkah ini gagal mencapai tujuannya.
Baik Demokrat maupun Republik belum menemui kata sepakat pada sejumlah opsi, yang di antaranya mencakup anggaran sebesar US$500 miliar untuk membantu perusahaan termasuk maskapai penerbangan dan pemerintah daerah.
Di sisi lain, Ekonom Morgan Stanley memperingatkan epidemi corona dapat menyebabkan PDB AS menyusut hingga 30 persen pada kuartal II/2020. Pandemi virus corona dikatakan akan menimbulkan resesi yang lebih dalam bagi ekonomi AS daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve Bank St. Louis James Bullard mengatakan tingkat pengangguran AS kemungkinan akan mencapai 30 persen pada kuartal II/2020 akibat penutupan bisnis di tengah upaya pencegahan penyebaran virus corona. .
“Apa yang kita harapkan akan dapat terjadi [pemulihan] secara U-shape, kini kita mulai khawatirkan dapat menjadi L-shape untuk ekonomi global,” ujar Constance Hunter, kepala ekonom di KPMG, seperti dilansir Bloomberg.
Menurut investopedia.com, dalam chart pemulihan U-shape, metrik-metrik tertentu seperti PDB dan input industri menurun dan kemudian secara bertahap naik. Sementara itu L-shape mengacu pada kondisi penurunan tajam yang diikuti oleh garis lurus yang menggambarkan periode panjang pertumbuhan yang stagnan.
“Rentang dispersi dalam proyeksi dampak ekonomi menggambarkan betapa situasi ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah krisis kesehatan yang mulai berubah menjadi krisis keuangan,” paparnya.
Sejalan dengan IHSG, nilai tukar rupiah ditutup melemah tajam 615 poin atau 3,85 persen di level Rp16.575 per dolar AS, depresiasi hari kesembilan beruntun sejak perdagangan 11 Maret.
Rupiah saat ini berada di level terendahnya sejak krisis keuangan 1998 dan hanya berjarak 100 poin untuk menuju level terendahnya sepanjang sejarah. Rupiah menjadi salah satu mata uang yang paling sensitif terhadap sentimen pertumbuhan global.
Ahli Strategi Valuta Asing Senior Malayan Banking Bhd Christopher Wong mengatakan dolar AS saat ini menjadi aset safe haven karena pasar terus mencermati implikasi dari hilangnya banyak lapangan pekerjaan dan penurunan ekonomi yang berkepanjangan akibat sentimen virus corona.
“Rentan terhadap arus modal keluar menghantui pasar berkembang, tekanan jual aset semakin parah,” ujar Christopher.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa prospek pelemahan rupiah masih terbuka, baik secara teknikal maupun fundamental.
Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, masih bergelut dengan wabah corona dan sebagian melakukan lockdown sehingga aktivitas ekonomi pun terganggu yang berpotensi memicu perlambatan ekonomi.
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
BBCA | -6,4 |
BBRI | -6,8 |
TLKM | -6,9 |
UNVR | -6,8 |
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
TAMU | +33,3 |
CARE | +25,4 |
ADRO | +4,0 |
KAEF | +24,6 |
Sumber: BEI