Bisnis.com, JAKARTA – PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. atau PT PP mencatatkan penurunan laba bersih pada 2019. Namun, fundamental perseroan dinilai masih cukup baik.
Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Joshua Michael kinerja PT PP pada 2019 memang mengecewakan dan berada di bawah ekspektasi Mirae. Tahun lalu, PTPP mencetak perolehan laba bersih Rp930 miliar, turun 38 persen secara tahunan. Angka itu hanya 78 persen dari perkiraan Mirae.
Kendati demikian, core net profit perseroan tercatat mencapai Rp1,13 triliun atau menyentuh 94 persen estimasi Mirae. Adapun, margin laba bersih turun ke 2,2 persen 3,8 persen.
Torehan pendapatan sebesar Rp24,65 triliun juga tercatat lebih rendah daripada estimasi Mirae. Realisasi yang turun 1,83 persen tersebut hanya mencapai 89 persen estimasi Mirae.
“Meski memiliki total order book sebesar Rp96,1 triliun pada 2018, tertundanya proyek EPC berimbas pada pendapatan PT PP, hal ini terlihat dari pendapatan EPC yang turun 27,3 persen pada 2019,” tulis Joshua dalam laporan riset Mira yang dikutip Bisnis, Senin (23/3/2020),
Kendati pendapatan dari EPC turun, Joshua memperkirakan perseroan akan mengejar ketertinggalan penyelesaian proyek EPC pada tahun ini.
Perseroan juga mencatatkan margin pendapatan kotor sebesar 14,1 persen, sejalan dengan margin pendapatan EPC yang meningkat 2,8 persen menjadi 16 persen pada 2018.
Salah satu hal yang juga menjadi poin penting dari laporan kinerja 2019 adalah rasio gross maupun net gearing yang meningkat menjadi 0,94 kali dan 0,42 kali.
Meski begitu, Mirae tetap merekomendasikan beli untuk saham emiten berkode PTPP tersebut. Namun, target harga dipangkas dari Rp1.850 per saham menjadi Rp1.450. Target untuk pendapatan dan laba bersih juga diturunkan menjadi 7 persen dan 3 persen untuk 2020—2021.
Joshua mengatakan meski harga saham PTPP terus turun dalam beberapa bulan terakhir seiring dengan penurunan IHSG, menurutnya tidak ada hal signifikan yang terjadi pada fundamental perseroan.
Sementara itu, Analis PT Kresna Sekuritas Andreas Kristo Saragih menyatakan bahwa penurunan kinerja pada 2019 lebih banyak disebabkan oleh kegiatan non operasional perseroan yang menurun.
“Non operating ini seperti tahun lalu [2018] membukukan one-off transaction berupa laba dalam mengakuisisi perusahaan dan juga ada other income, sedangkan pada 2019 tidak sebesar ini jumlahnya,” jelasnya kepada Bisnis, pekan lalu.
Selain dari one off transaction, perseroan juga membukukan pendapatan non operasional dari entitas perusahaan patungan dan asosiasi yang turun signifikan. Hal ini disebabkan salah satunya oleh selesainya proyek Bandara Kulon Progo
Di sisi lain, aktivitas operasional perseroan dinilai masih cukup baik. Hal ini terlihat dari laba operasional maupun pendapatan yang turun di kisaran 1 persen.
Adapun, penurunan yang cukup terlihat dari kinerja operasional perseroan adalah penurunan kontribusi EPC pada 2019. Menurutnya, hal ini disebabkan penundaan tender proyek ke 2020.
“Secara umum kami masih merekomendasikan saham PTPP dengan target harga 12 bulan di Rp1.400 per saham,” ujarnya.
Pada perdagangan hari ini, saham PTPP diperdagangkan pada rentang Rp520 hingga Rp530 per saham. Secara kumulatif tahun berjalan, saham PTPP telah terkoreksi 67,19 persen.