Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Ikut Terseret Pemerosotan Pasar Global

Kemerosotan yang dialami logam mulia tersebut didorong aksi jual investor untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.
Emas lantakan./ Stefan Wermuth - Bloomberg
Emas lantakan./ Stefan Wermuth - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bahkan aset yang dipandang aman seperti emas pun tak kuasa menghindar dari gejolak yang memukul pasar saham global pekan ini.

Harga emas bergerak menuju penurunan mingguan terbesarnya sejak 2013, meskipun mampu naik ke level tertingginya dalam lebih dari tujuh tahun pada awal pekan ini. Kemerosotan yang dialami logam mulia tersebut didorong aksi jual investor untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.

Bursa global secara merata turun tajam di tengah kekhawatiran bahwa paket moneter dan fiskal darurat tidak akan cukup untuk mencegah resesi di tengah pandemi virus corona (Covid-19) yang menghantam ekonomi dunia.

Aksi jual pada pasar saham telah memicu margin call, dengan investor mencari peluang dimana mereka dapat mencairkan uang mereka. Pada saat yang sama, penguatan dolar AS juga telah membatasi daya tarik emas.

"Pada masa-masa penuh tekanan yang ekstrem, emas cenderung tidak memberi manfaat sebanyak yang Anda semua harapkan,” ujar Daniel Hynes, senior commodity strategist di Australia & New Zealand Banking Group Ltd., dilansir dari Bloomberg.

“Emas terlihat sebagai pertaruhan yang cukup bagus untuk jangka menengah. Anda bahkan bisa menyebut rally sebesar 10 persen hingga 15 persen sebagai kemungkinan yang cukup baik dalam jangka pendek,” sambungnya.

Harga emas di pasar spot melorot 1,6 persen ke level US$1.551,50 per troy ounce dan diperdagangkan di level US$1.560,97 pada perdagangan Jumat (13/3/2020) pukul 11.01 pagi waktu Singapura, setelah anjlok 3,6 persen pada perdagangan Kamis (12/3/2020).

Sepanjang pekan ini, harga emas di pasar spot telah melemah sekitar 6,7 persen meskipun menyentuh level US$1.703,39 pada Senin (9/3/2020), level tertinggnya sejak Desember 2012.

Sementara itu, bursa saham Asia tersungkur pada Jumat setelah indeks saham acuan Amerika Serikat S&P 500 mengalami aksi jual satu hari terbesar sejak 1987 dalam sesi penuh gejolak.

Aksi jual di Wall Street pada perdagangan Kamis (12/3) memicu ‘circuit breaker’, ambang batas di mana perdagangan dihentikan untuk penurunan satu hari, untuk kedua kalinya dalam sepekan.

Investor emas selanjutnya akan mengalihkan perhatian mereka pada pertemuan kebijakan Federal Reserve pada 17-18 Maret mendatang, setelah bank sentral AS ini melakukan pemangkasan darurat suku bunga acuan pekan lalu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper