Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Resah, Bursa Saham Jepang Turun Tajam

Bursa Jepang turun tajam pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (11/3/2020), di tengah volatilitas pasar yang didorong reaksi investor seputar perkembangan wabah penyakit virus corona (Covid-19).

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Jepang turun tajam pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (11/3/2020), di tengah volatilitas pasar yang didorong reaksi investor seputar perkembangan wabah penyakit virus corona (Covid-19).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix berakhir di level 1.385,12 dengan kemerosotan 1,53 persen atau 21,56 poin dari level 1.406,68 pada perdagangan Selasa (10/3/2020) yang mampu menguat 1,28 persen.

Sebanyak 390 saham menguat, 1.714 saham melemah, dan 52 saham stagnan dari 2.156 saham yang diperdagangkan pada Topix pada Rabu.

Saham Sony Corp. dan SoftBank Group Corp. yang turun 4,27 persen dan 3,62 persen masing-masing menjadi penekan utamanya.

Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 ditutup di level 19.416,06 dengan penurunan tajam 2,27 persen atau 451,06 poin dari level 19.867,12 pada Selasa.

Dari 225 saham yang diperdagangkan pada indeks Nikkei pada Rabu, 44 saham menguat, 174 saham melemah, dan 7 saham stagnan.

Saham Tokyo Electron Ltd. yang melorot 5,49 persen menjadi penekan utama Nikkei, bersama dengan saham Fast Retailing Co. Ltd. yang turun 1,90 persen.

Sebaliknya, nilai tukar yen, aset safe haven yang kerap diburu investor kala dilanda kekhawatiran, menguat 0,62 persen atau 0,65 poin ke level 104,99 yen per dolar AS pada pukul 15.38 WIB, setelah tersungkur lebih dari 3 persen pada Selasa.

Pemerintah AS dikabarkan tengah mempersiapkan langkah-langkah ekonomi, termasuk pemangkasan pajak upah, guna memerangi dampak dari wabah virus corona.

Meski demikian, Presiden Donald Trump tidak tampak dalam briefing yang dijadwalkan setelah sehari sebelumnya berjanji akan mengumumkan paket stimulus "utama".

Sementara itu, kasus infeksi virus corona di AS telah menanjak melampaui angka 1.000 dan total angka kematian telah meningkat menjadi lebih dari 4.000 korban jiwa di seluruh dunia.

“Ada langkah-langkah di luar sana yang bisa berdampak seperti pemangkasan pajak gaji, tetapi pada saat yang sama ada kecemasan seputar apakah hal-hal ini benar-benar akan terwujud,” ujar Masahiro Yamaguchi, analis pasar senior di SMBC Trust Bank, Tokyo, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper