Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kontrak Berjangka Bursa AS Merah, Bursa Asia Melemah

Kontrak pada indeks S&P 500 turun lebih dari 1,5 persen setelah Presiden AS Donald Trump batal memberikan rincian langkah stimulus ekonomi utama untuk memerangi dampak dari virus corona (Covid-19).
Tokyo Stock Exchange atau Bursa Saham Tokyo, Jepang./ Kiyoshi Ota - Bloomberg
Tokyo Stock Exchange atau Bursa Saham Tokyo, Jepang./ Kiyoshi Ota - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia kembali melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (11/3/2020), menyusul anjloknya kontrak pada bursa saham Amerika Serikat.

Kontrak pada indeks S&P 500 turun lebih dari 1,5 persen setelah Presiden AS Donald Trump batal memberikan rincian langkah stimulus ekonomi utama untuk memerangi dampak dari virus corona (Covid-19).

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau melemah 0,77 persen atau 4,84 poin ke level 619,99 pada pukul 15.15 WIB. Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 ditutup melemah masing-masing 1,53 persen dan 2,27 persen.

Di China, indeks Shanghai Composite melemah 0,94 persen di akhir perdagangan, sedangkan indeks CSI 300 ditutup turun 1,33 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng ditutup melemah 0,63 persen.

Rebound minyak mentah dari kejatuhan pasar terbesar sejak 29 tahun kembali memudar setelah Arab Saudi mengatakan akan meningkatkan produksi.

Sementara itu, Bank of England memangkas suku bunga acuan beberapa jam sebelum pemerintah Inggris mengumumkan langkah-langkah belanja anggaran. Langkah ini mengikuti kebijaan Federal Reserve yang menurunkan suku bunganya sebelumnya.

Bank Sentral Eropa, yang mengadakan pertemuan kebijakan besok, diperkirakan akan melonggarkan kebijakan moneternya untuk mempertahankan ekonomi dari tekanan akibat penyebaran Covid-19.

Analis pasar global di JPMorgan Asset Management, Kerry Craig, mengatakan bahwa reli pasar saham kemarin terbukti tidak berkelanjutan.

“Ada risiko bahwa pertumbuhan lapangan kerja mulai turun dan pengangguran mulai meningkat. Hal tersebut menjadi hambatan dalam upaya membalikkan pertumbuhan ekonomi global pada akhir tahun ini," katanya, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper