Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ingin Jajal Saham Gocap? Pertimbangkan Dulu Faktor Ini

Walau terbilang murah, bukan berarti saham gocap serta merta layak dibeli.
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com,JAKARTA - Kalangan analis menilai investor perlu memperhatikan sejumlah faktor sebelum mengoleksi saham gocap atau saham yang berharga di kisaran batas bawah Rp50.

Penghuni kelompok saham gocapan tercatat terus mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Pada 2017, tercatat hanya 35 emiten yang masuk ke dalam daftar ini. Hingga tahun berjalan, sudah ada 101 yang masuk ke dalam daftar saham gocap.

Analis melihat terdapat sejumlah saham yang masih dapat dipertimbangkan investor. Namun, terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan sebelum meminang emiten saham gocap ke dalam portofolio.

Janson Nasrial, SVP Research Kanaka Hita Solvera mengatakan secara umum investor harus mempertimbangkan sektor dari emiten. Hal itu terkait apakah industrinya masih atraktif dan mengalami konsolidasi yang memungkinkan adanya akuisisi. Selain itu, Janson menyebut valuasi dan kondisi kesehatan keuangan harus menjadi pertimbangan.

“Valuasi yang reasonable [price to book value di bawah 0,5 kali dan utang terkelola,” ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Dia menyebut emiten saham gocap yang memenuhi kriteria itu yakni PT Gozco Plantations Tbk. (GZCO), PT Bank Ganesha Tbk. (BGTG), dan PT Sentul City Tbk. (BKSL). Menurutnya, valuasi ketiga perseroan masih di bawah 0,5 kali dengan tingkat leverage yang masih terkelola.

Lebih lanjut, Janson menyebut cepat atau lambat akan ada konsolidasi di sektor perbankan. Akuisisi PT Bank Parmata Tbk. oleh Bangkok Bank membuat sektor itu masih menjadi incaran bank global asing.

Janson memperkirakan GZCO juga akan menjadi target akuisisi karena sawit masih menjadi salah satu sektor komoditas yang memiliki harga prospektif dibandingkan dengan komoditas lainnya.

Sementara itu, dia menyebut BKSL memiliki lokasi yang akan terhubung dengan proyek light rail transit (LRT). Perseroan juga memiliki land bank dalam jumlah besar. “BKSL nantinya akan menjadi target akuisisi,” imbuh Janson.

Secara terpisah, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengungkapkan kinerja fundamental menjadi faktor pertimbangan pertama yang harus dilihat investor sebelum membeli saham gocap. Artinya, kinerja keuangan perseroan harus dicermati terlebih dahulu, terutama dari konsistensi pertumbuhan pendapatan dan laba.

Faktor kedua yang tidak kalah penting menurutnya yakni masalah likuiditas. Pertimbangan itu khususnya investor yang memiliki kecenderungan melakukan trading.  “Jangan sampai bisa beli dengan mudah begitu mau dijual susah,” tuturnya.

Reza menyebut dua saham gocap yang dapat dilirik investor yakni PT Yelooo Integra Datanet Tbk. (YELO) dan PT Gading Development Tbk. (GAMA). Kedua emiten itu dinilai memiliki pertumbuhan kinerja serta prospek industri yang baik.

“Tetapi kadang pergerakan harga saham serta merta tidak karena fundamental, bisa saja fundamental bagus, tetapi likuiditas kurang jadi investor kurang tertarik,” jelasnya.

Berdasarkan catatan Bisnis, saham YELO mengawali langkahnya dengan baik saat melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2018. Laju saham perseroan sempat mengalami lonjakan 48,94% dari harga penawaran umum perdana saham Rp375 pada saat pencatatan perdananya.

Reza menilai YELO masih layak dipertimbangkan oleh investor karena masih memiliki fundamental yang baik. Laba bersih perseroan tercatat masih tumbuh dari Rp510,80 juta pada kuartal III/2018 menjadi Rp566,72 juta per akhir September 2019.

Selanjutnya, dia menjelaskan bahwa GAMA memiliki prospek menarik sejalan dengan tren masyarakat saat ini dalam memilih hunian. Menurutnya, masyarakat sekarang lebih memilih tinggal di apartemen.

“Tren properti lebih banyak ke bangunan tinggi. Untuk GAMA ini peluang yang bagus,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper