Bisnis.com, JAKARTA – PT Nusantara Infrastructure Tbk. menjajaki penambahan lima ruas jalan tol baru serta memperkuat lini bisnis energi dan air bersih sepanjang 2020. Perseroan juga menjadwalkan penyelesaian dua proyek baru di tahun tikus logam.
Presiden Direktur Nusantara Infrastructure M. Ramdani Basri mengatakan salah satu dari lima ruas tol baru tersebut adalah ruas jalan tol Ulujami-Jatiasih (22 kilometer). Ramdani belum mau membeberkan empat ruas jalan tol lain yang sedang dijajaki.
Adapun untuk proyek Ulujami-Jati Asih, konsorsium yang digalang perseroan sudah mendapatkan izin prakarsa pengusahaan jalan tol tersebut dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada Januari 2020.
Selain Nusantara Infrastructure, konsorsium terdiri dari PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Acset Indonusa Tbk., dan PT Triputra Utama Selaras. Konsorsium bernama Jakarta Metro Expressway itu akan menggarap proyek yang ditaksir menelan investasi Rp21 triliun tersebut.
“Jadi, untuk 2020, ada lima proyek jalan tol yang sedang kita jajaki, kelima ruas ini di luar tol Pettarani. Semua ruas baru ini di Jawa,” katanya kepada Bisnis, Kamis (5/3/2020).
Selain menambah portofolio jalan tol, emiten bersandi saham META itu akan mengembangkan portofolio di bisnis energi dan air bersih. Ramdani menyebut, perseroan tengah melakukan penjajakan untuk akuisisi tiga perusahaan air bersih. Sejauh ini, META sedikitnya memiliki empat portofolio di lini usaha air bersih.
Baca Juga
Dia menuturkan penguatan lini bisnis energi dan air bersih diharapkan dapat menyeimbangkan investasi jalan tol yang bersifat jangka panjang. Pengembalian investasi di dua sektor tersebut dinilai lebih pendek dibandingkan dengan jalan tol.
Di sisi lain, pada 2020 META melansir bakal merampungkan dua proyek baru, yaitu jalan tol layang A.P Pettarani di Makassar, Sulawesi Selatan dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Lau Gunung di Kabupaten Dairi, Sumatra Utara.
Ramdani menuturkan, sejalan dengan penambahan portofolio baru, perseroan berharap bisa mencetak pertumbuhan pendapatan rata-rata per tahun (CAGR) di kisaran 10-12 persen dalam lima tahun ke depan. Di samping itu, total aset perseroan juga bisa meningkat hingga lima kali lipat.
“Jadi makanya saya bicara bisnis, asetnya sekian besar itu sudah ada dalam rencana pengemabangan portofolio kita, itu [lima kali lipat] minimal, bisa lebih dari itu,” katanya.
Belanja Modal
Secara khusus, untuk menunjang ekspansi, META mengalokasikan belanja modal di kisaran Rp1,5 triliun—Rp2,2 triliun. Alokasi dana tersebut menurut Ramdani akan digunakan untuk menyelesaikan proyek eksisting, belum termasuk kebutuhan investasi perseroan.
Dia mengatakan untuk memenuhi kebutuhan investasi perseroan belum akan melakukan penerbitan obligasi atau instrumen surat utang lainnya. Pinjaman bank masih akan menjadi pilihan untuk sementara ini.
Menurutnya, perseroan masih leluasa menambah utang karena rasio debt to equity ratio (DER) perseroan masih berada di kisaran 0,43 kali. "Ada ruang untuk leverage di beberapa sektor. Jadi masih aman, bahkan itu [DER] kami one of the lowest di industri, mungkin setara manufaktur,” tukasnya.