Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah kondisi industri batu bara dalam negeri dan global yang penuh tekanan, emiten pertambangan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. meracik beberapa strategi untuk menjaga kinerja sepanjang 2020. Ini dilakukan karena pada 2019 kinerja perseroan kurang impresif.
Pada 2019,Indo Tambangraya mencetak penurunan laba sebesar 50,5 persen menjadi US$127 juta. Laba tergerus karena pendapatan bersih turun dari US$2 miliar menjadi US$1,7 miliar seiring penurunan harga jual rata-rata sebesar 20 persen.
Direktur Utama Indo Tambangraya Megah Kirana Limpaphayom mengatakan perseroan terus berupaya beradaptasi di tengah ketidakpastian ekonomi global untuk menjaga kinerja tahun ini. Emiten bersandi saham ITMG itu sedikitnya menyiapkan empat jurus untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
“Pertama, perseroan akan meningkatkan operasional batu bara, di antaranya dengan melanjutkan prakarsa efisiensi biaya, perluas skala dan lingkup operasi TRUST di Gugus Melak, dan meningkatkan volume angkut batu bara,” jelas Kirana melalui keterangan resmi, Kamis (5/3/2020).
Kedua, ITMG akan mengoptimalisasi marjin sepanjang rantai nilai dengan memaksimalkan perdagangan dan pencampuran batu bara guna meningkatkan mutu produk. Perseroan juga akan menggandakan konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang ada di tambang Indominco ke wilayah tambang lainnya sebagai upaya efisiensi.
Kirana juga mengaku akan memperluas porsi penjualan usaha bahan bakar untuk meningkatkan marjin dan melakukan diversifikasi usaha. Untuk diketahui, segmen bahan bakar berkontribusi terbesar dari pendapatan perseroan 2019 sebesar US$79,05 juta.
Baca Juga
Ketiga, memperkuat proses usaha dengan menerapkan praktik pertambangan cerdas dan prakarsa pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi. Keempat, memperluas bidang usaha dengan mencari peluang perluasan anorganik terutama di kawasan dekat dengan aset batu bara saat ini.
“Kemudian, memaksimalkan jaringan infrastruktur guna menghasilkan peluang usaha di luar operasi batu bara,” ujar Kirana.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Hubungan Investor Yulius Gozali mengatakan bahwa perseroan tertarik untuk merambah bisnis power plant berbasis energi baru terbarukan (EBT). Saat ini, perseroan telah memiliki PLTU dan PLTS, tetapi penggunaannya masih untuk internal operasional tambang belum untuk komersial.
“Mungkin kalau ada prospek di luar Jawa, terutama pengembangan PLTS kami akan ke arah situ. Hydro juga bisa tapi agak susah. Kami masih menunggu ada potensi dan penjajakan PLTU dan PLTS itu,” ujar Yulius di Jakarta, Rabu (4/3/2020).
Sementara itu, Yulius mematok target volume produksi batu bara lebih rendah dari tahun lalu sekitar 19 hingga 20,1 juta ton, setelah berhasil memproduksi sebesar 23,4 juta ton batu bara pada 2019.
Dari total produksi tahun lalu tersebut, perseroan telah mengapalkan batu bara ke China sebesar 7,3 juta ton, Jepang 4,7 juta ton, Filipina 1,7 juta ton, India 1,6 juta ton, Thailand 1,4 juta ton, dan Bangladesh 1,1 juta ton. Untuk dalam negeri, penjualan tahun lalu mencapai 3,3 juta ton.
Adapun, perseroan juga menargetkan volume penjualan pada tahun ini lebih rendah, di kisaran 22,4 juta ton hingga 23,5 juta ton dibandingkan dengan realisasi penjualan tahun lalu sekitar 25,3 juta ton.