Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Ingat, Saat IHSG Ambyar, Ada Protokol Manajemen Krisis

Level penurunan indeks sebesar itu belum mencapai level yang mengharuskan bursa melakukan circuit breaker maupun suspensi pasar sesuai dengan crisis management protocol (CMP).
Dhiany Nadya Utami & Hafiyyan
Dhiany Nadya Utami & Hafiyyan - Bisnis.com 28 Februari 2020  |  13:11 WIB
Ingat, Saat IHSG Ambyar, Ada Protokol Manajemen Krisis
Karyawan melewati monitor pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Plaza Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (24/1/2020). - ANTARA / Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali babak belur setelah pada sesi pertama perdagangan Jumat, (28/2/2020) ditutup melemah hingga 4 persen ke level ke level 5.311,96.

Pelemahan IHSG terlihat sejak pukul 08:55 WIB yang mana indeks langsung turun 1,8 persen atau 99,52 poin menjadi 5.436,17. Sepanjang perdagangan sesi I, IHSG bergerak di level 5.288,37 – 5.436,17.

Seluruh 9 sektor menetap di wilayah negatif pada akhir sesi I. Penurunan terbesar dialami oleh aneka industri (-5,65 persen), perkebunan (-5,3 persen), aneka industri (-5,13 persen), dan konsumsi (-4,48 persen).

Saham-saham berkapitalisasi jumbo tercatat mengalami koreksi. BBCA turun -3,9 persen, BMRI -7,14 persen, BBRI -3,39 persen, ASII -6,72 persen, UNVR -5,59 persen, TLKM 2,59 persen, TPIA -5,11 persen, HMSP -3,47 persen, BBNI -4,59 persen, dan ICBP -4,5 persen

Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah memiliki protokol dalam menghadapi penurunan kinerja perdagangan saham. Bursa baru akan melakukan circuit breaker atau penghentian perdagangan dalam beberapa saat bila penurunan indeks mencapai 10 persen, sesuai dengan protokol manajemen krisis atau crisis management protocol (CMP).

Direktur Bursa Efek Indonesia Laksono Widodo sebelumnya mengatakan sesuai dengan CMP, saat pasar saham turun lebih dari 2 persen, Bursa akan melakukan pemantau pasar dan menganalisis berbagai sentimen yang menekan indeks untuk mencari penyebabnya, baik dari faktor global maupun domestik.

“Yang penting kita tahu alasannya, yang kita takutkan kan ini market turun tapi nggak tahu ada apa,” katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (27/2/2020).

Jika indeks turun hingga 5 persen, sesuai CMP BEI akan berkoordinasi dengan stakeholder bursa seperti PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) untuk mendiskusikan langkah selanjutnya dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

CMP akan mulai  diterapkan jika indeks turun hingga 7,5 persen. BEI dan OJK akan mengambil keputusan bersama dengan Kementerian Keuangan karena pada level tersebut, permasalahan dianggap tidak hanya berasal dari pasar modal.

Bila penurunan indeks sampai 15 persen, BEI akan melakukan suspensi pasar setelah halting atau circuit breaker dicabut. Sesuai protokol, BEI juga kan membuat keterangan resmi saat dilakukan halting atau suspensi pasar.

Dalam catatan Bisnis, kinerja IHSG dalam tahun berjalan memang sudah turun -15,68 persen dan secara tahunan terkoreksi 18,55 persen. Dalam lima tahun terakhir, IHSG pernah mencetak koreksi terdalam 12,13 persen.

Pada 2008, IHSG bahkan ambles -50,64 persen ke level 1.355,41. Namun dua tahun berturut-turut, IHSG bisa bangkit dengan penguatan masing-masing 86,98 persen pada 2009 dan 46,13 persen pada 2010.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

IHSG
Editor : Rivki Maulana

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top