Bisnis.com, JAKARTA – PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) berharap adanya peningkatan harga CPO pada 2020 seiring dengan penerapan program B30.
Direktur Utama Salim Ivomas Pratama Mark Wakeford mengatakan harga jual rata-rata untuk produk crude palm oil (CPO) dan palm kernel oil (PKO) masing-masing turun 3 persen dan 39 persen sepanjang 2019.
Adapun, volume penjualan CPO relatif tetap sebesar 882.000, sedangkan volume penjualan produk PKO naik 14 persen menjadi 220.000 ton.
Wakeford mengakui tahun lalu merupakan tahun yang sangat menantang bagi industri kelapa sawit seiring pelemahan harga komoditas untuk tanaman-tanaman utama perseroan.
“Hal ini berdampak signifikan pada kinerja keuangan terutama Divisi Perkebunan. Namun, pelemahan ini sebagian dapat diimbangi oleh kenaikan kinerja yang kuat dari Divisi Minyak & Lemak Nabati dimana Divisi ini mencatat kenaikan laba seiring pertumbuhan volume penjualan dan biaya bahan baku yang lebih rendah,” katanya dalam siaran resmi Jumat (28/2/2020).
Wakeford menambahkan bila ketidakpastian perekonomian global turut berkontribusi pada volatilitas harga komoditas perkebunan. Meski demikian, dia menilai prospek CPO Indonesia tetap positif seiring upaya pemerintah untuk meningkatkan konsumsi biodiesel serta implementasi B30 pada Januari 2020.
Baca Juga
Dia berharap program B30 dapat meningkatkan permintaan minyak sawit domestik serta memulihkan harga CPO. Di sisi lain, harga ditopang pertumbuhan produksi yang rendah dan permintaan yang kuat.
“Di tengah kondisi harga komoditas yang berfluktuasi, Kami akan memprioritaskan belanja modal pada aspek-aspek yang memiliki potensi pertumbuhan,berfokus pada pengendalian biaya serta inovasi untuk peningkatan produktivitas,” ungkapnya.
Selain itu, SIMP telah meningkatkan kapasitas pengolahan dengan menyelesaikan 1 pabrik kelapa sawit baru pada September 2019 berkapasitas 45 ton per jam. Wakeford mengatakan kapasitas penyulingan di Surabaya telah meningkat 300.000 ton per tahun, sehingga berkontribusi pada peningkatan volume penjualan minyak goreng dan margarin.
Pada 2019, perusahaan membukukan rugi bersih Rp546,14 miliar, membengkak dari sebelumnya Rp76,56 miliar. Pendapatan terkoreksi 2,84 persen menjadi Rp13,65 triliun dari sebelumnya Rp14,05 triliun pada 2018.