Bisnis.com, JAKARTA - PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. menyiapkan enam langkah strategis, termasuk diantaranya mencari investor baru untuk mempertahankan keberlangsungan usaha perseroan. Produsen makanan ringan ini tercatat mengalami kerugian hingga Rp5 triliun dan defisiensi modal akibat sejumlah kasus yang menimpa perseroan dalam tiga tahun terakhir.
Berdasarkan keterangan resmi perseroan yang dikutip Bisnis, Senin (24/2/2020), Tiga Pilar Sejahtera bakal berupaya memulihkan kepercayaan pasar terhadap produk-produk grup dan melakukan produksi secara optimal. Per Juni 2019, emiten bersandi saham AISA itu memang masih membukukan pendapatan sebanyak Rp617,14 miliar. turun 16,12 persen secara tahunan.
Di samping itu, AISA juga bakal mengembangkan produk baru yang inovatif dan mengembangkan strategi penjualan dengan distributor bonafid. Lebih lanjut, manajemen juga berusaha mengalokasikan biaya secara tepat guna dan melakukan optimalisasi sumber daya grup.
AISA juga berupaya melakukan penagihan piutang usaha dan non usaha serta mencari investor strategis untuk meningkatkan modal kerja grup. Hingga Juni 2019, AISA tercatat masih memiliki piutang usaha dari pihak ketiga sebanyak Rp394 miliar.
Kondisi keuangan AISA cukup mengkhawatirkan kendati beberapa entitas anak usaha sudah lepas dari status penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Kerugian yang didera perseroan secara kumulatif mencapai Rp5,48 triliun pada 2017. AIA juga mencatat defisiensi modal sebesar Rp3,45 triliun. Total liabilitas mencapai 290 persen dari total aset.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sejak Agustus 2019 perseroan telah mendapat persetujuan untuk melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu PMTHMETD atau private placement. Berdasarkan surat Otoritas jasa Keuangan No.S-10/PM.2/2020 tertanggal 21 Februari 2020, manajemen menyebut pelaksanaan private placement telah dapat dilakukan.
Baca Juga
Untuk diketahui, AISA sudah menyampaikan laporan keuangan 2017, laporan keuangan 2018, dan laporan keuangan Juni 2019. Laporan Keuangan 2017 dan 2016 diaudit oleh KAP Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan. Adapun Laporan Keuangan Juni 2019 diaudit oleh KAP Djoko, Sidik & Indra.
Auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan AISA tersebut. Manajemen AISA menyebut, opini disclaimer terjadi karena perseroan tidak mengkonsolidasi entitas PT Dunia Pangan karena perseroan tidak memiliki kewenangan, kapasitas, otoritas.
Di samping itu auditor juga tidak memiliki akses untuk melakukan prosedur audit atas akun-akun signifikan seperti PT Poly Meditra Indonesia dan PT Surya Cakra Sejahtera. Auditor juga mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usaha.
Kendati demikian, secara umum manajemen AISA yakin beragam langkah strategis yang telah disusun bisa mempertahankan keberlangsungan usaha perseroan. "Perseroan akan dapat menunaikan amanah dari para stakeholder, terutama kurang lebih 16.000 pemegang saham publik dan lebih dari 3.000 karyawan TPS Food Group," tulis manajemen AISA.
Rencananya, manajemen AISA akan menggelar paparan publik insidentil pada 26 Februari 2020 di Jakarta. Paparan itu dimaksudkan untuk menjelaskan kondisi terkini terkait kondisi perusahaan. Manajemen AISA juga akan memperkenalkan direksi dan komisaris baru perseroan.