Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpelanting dari relinya dan berakhir turun lebih dari 1 persen pada perdagangan hari ini, Jumat (21/2/2020), di tengah pelemahan pasar saham global.
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup di level 5.882,25 dengan penurunan tajam 1,01 persen atau 60,23 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Kamis (20/2/2020), IHSG berakhir di level 5.942,49 dengan kenaikan 0,23 persen atau 13,70 poin, kenaikan hari keempat beruntun. Indeks mulai tergelincir dari penguatannya dengan dibuka turun tipis 0,03 persen atau 1,7 poin di posisi 5.940,78 pada Jumat (21/2) pagi.
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 5.873,73 – 5.944,2. Penurunan yang dibukukan pada akhir perdagangan adalah yang terbesar sejak merosot 1,9 persen pada 31 Januari 2020.
Meski demikian, secara mingguan IHSG tetap mampu rebound dan membukukan kenaikan sebesar 0,3 persen sepanjang pekan ini setelah terjerembab 2,21 persen sepanjang pekan yang berakhir pada 14 Februari.
Sebanyak 8 dari 9 sektor berakhir di wilayah negatif pada penutupan Jumat (21/2), dipimpin industri dasar (-2,52 persen) dan pertanian (-1,43 persen). Satu-satunya sektor yang berakhir di zona hijau adalah infrastruktur (+0,39 persen).
Baca Juga
Sementara itu, dari 682 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 108 saham menguat, 304 saham melemah, dan 270 saham stagnan.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang masing-masing turun 1,10 persen dan 1,96 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG.
Rata-rata indeks saham di Asia rata-rata tertekan di zona merah pada perdagangan hari ini. Indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang melandai 0,39 persen dan 0,03 persen masing-masing.
Adapun indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melorot 1,09 persen, Taiex Taiwan melemah 0,33 persen, dan Kospi Korea Selatan turun tajam 1,49 persen.
Meski demikian, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China mampu berakhir 0,31 persen dan 0,12 persen masing-masing, didorong sentimen stimulus Bank Sentral China untuk menopang perekonomiannya yang terdampak wabah virus corona.
Secara keseluruhan, pasar saham global melemah akibat tertekan kekhawatiran seputar dampak wabah virus corona (Covid-19) seiring dengan meningkatnya kasus ini di luar China.
Investor dihantui oleh lonjakan kasus infeksi virus corona di luar China berikut serangkaian peringatan baru dari perusahaan-perusahan tentang potensi dampak virus ini terhadap bisnis.
Sentimen tersebut membangkitkan kembali minat untuk aset investasi aman (safe haven) serta mengancam kenaikan saham yang telah mendorong ekuitas global ke rekor tertingginya awal bulan ini.
Dalam perkembangan terbaru soal virus corona, dua orang yang dievakuasi dari sebuah kapal pesiar di Jepang ke Australia dinyatakan positif terinfeksi virus ini sementara kasus infeksi di Korea Selatan melonjak menjadi 156 orang.
“Mungkin jalannya [dampak virus corona] akan berlangsung jauh lebih panjang,” ujar Dan Farley, chief investment officer di State Street Global Advisors, kepada Bloomberg TV di Sydney.
“Kita harus sangat berhati-hati bahwa ini bukan masalah yang mudah dipecahkan dan dampak pada permintaan konsumen untuk sejumlah sektor yang berbeda akan menjadi sesuatu yang harus kita waspadai,” tambahnya.
Di tengah rontoknya aset-aset berisiko, nilai tukar rupiah ditutup melemah 10 poin atau 0,07 persen di level Rp13.760 per dolar AS, depresiasi hari keempat berturut-turut.
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
BBRI | -1,10 |
UNVR | -1,96 |
BRPT | -4,92 |
BMRI | -1,25 |
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
TLKM | +1,65 |
BBCA | +0,30 |
FREN | +8,65 |
STTP | +16,88 |
Sumber: Bloomberg