Bisnis.com, JAKARTA – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. atau Semen Indonesia Group (SIG) mengakui kondisi seperti over capacity sudah terjadi sejak 2016 dan diperkirakan terus berlanjut dengan proyeksi yang lebih agresif.
“Dari sisi konsumsi semen per kapita, Indonesia masih tergolong relatively rendah dibanding negara tetangga di regional maupun Asia. Harga jual rata-rata Indonesia, ex-factory price-nya termasuk terendah di Asia sedangkan pasar kita ramai diserbu pemain asing,” ujar Direktur Utama SIG, Hendi Priyo Santoso saat pemaparan Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI, DPR RI, Senayan, Jakarta pada Selasa (18/2/2020).
Dengan memiliki 6 anak perusahaan semen dan 11 anak perusahaan pendukung, emiten berkode saham SMGR memantapkan diri sebagai perusahaan produsen semen berkapasitas terbesar nomor satu di Asia Tenggara dan nomor 10 di kawasan Asia hingga saat ini. Pun, perseroan mampu memproduksi 51 juta ton kapasitas desain produksi semen per tahunnya.
Hendi menyatakan Semen Indonesia Grup juga masih bisa membukukan kinerja yang relatif lebih baik dibanding kompetitor. Perseroan diyakini memiliki hampir 54 persen market share sesudah konsolidasi dengan Holcim yang kini sudah berubah nama menjadi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. (SMCB).
“Kami ingin hadir lebih dekat ke masyarakat karena pabrikan semen adalah mata rantai yang paling hulu dari sisi bahan baku barang konsumsi. Kami saat ini sudah bertransformasi. Saat ini kami sudah menyiapkan alat, tenaga dan keahlian. Ke depan kita akan menuju ke produk yang siap konsumsi,” ujar Hendi.
Dari sisi penciptaan inovasi, SIG berencana menghadirkan produk baru dan lebih ramah lingkungan yang akan menjadi produk andalan perseroan. Perseroan juga sedang menjajaki penerapan panas kilang sebagai supply listrik tradisional.
Baca Juga
“Kita juga menyediakan ekosistem berbasis digital yang dapat dimanfaatkan oleh semua stakeholder kami dari mitra retail atau toko kami yang sudah sekitar 20 ribuan dan akan kami tingkatkan menjadi 80 ribuan,” katanya.
Sebagai gambaran, hingga kuartal III tahun 2019, SMGR memperoleh kenaikan pendapatan sebesar 21,1 persen menjadi Rp28,12 triliun, dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 21,45 triliun.
Adapun, laba bersihnya terkoreksi 38 persen menjadi Rp1,29 triliun hingga kuartal III tahun 2019 setelah sempat menyentuh angka Rp2,08 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.