Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simak Proyeksi Pergerakan Rupiah Sepekan

Pada penutupan perdagangan perdagangan Jumat (31/1/2020) rupiah berada di level Rp13.655 per dolar AS, menguat tipis 0,015 persen atau 2 poin. Sepanjang pekan ini, rupiah telah terdepresiasi 0,527 persen.
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan mata uang rupiah pada pekan ini masih akan bergantung pada perkembangan penyebaran virus corona yang dapat terus menekan minat investor untuk mengumpulkan aset berisiko, termasuk IDR.

Adapun, pada penutupan perdagangan perdagangan Jumat (31/1/2020) rupiah berada di level Rp13.655 per dolar AS, menguat tipis 0,015 persen atau 2 poin. Sepanjang pekan ini, rupiah telah terdepresiasi 0,527 persen.

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa fokus pasar masih pada perdagangan pekan depan masih akan tertuju pada penyebaran virus corona.

Jumlah kematian yang terus meningkat dan kabar penyebaran virus antar manusia meski tidak menunjukkan gejala, bisa mendorong kekhawatiran pasar terhadap potensi perlambatan ekonomi global.

“Di akhir pekan kemarin, aset berisiko terlihat berguguran mengindikasikan adanya kekhawatiran tersebut. Rupiah pada pekan depan berpotensi bergerak di kisaran Rp13.600 per dolar AS hingga Rp13.700 per dolar AS,” ujar Ariston kepada Bisnis.com, Minggu (2/2/2020).

Di sisi lain, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS yang terus menurun dapat menahan penguatan dolar AS sehingga akan membatasi penurunan rupiah. Saat ini, imbal hasil obligasi AS untuk tenor 10 tahun berada di level 1,5 persen. Padahal, sepekan sebelumnya masih berada di kisaran 1,7 persen.

Imbal hasil obligasi AS tersebut terkoreksi akibat keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunganya di level rendah sepanjang tahun ini yang membuat dolar AS bergerak menurun.

Selain itu, pada pekan depan akan terdapat rilis data ekonomi AS, salah satunya non farm payroll (NFP) yang dirilis pada Jumat (7/2/2020). Analis memperkirakan NFP periode Januari akan naik sebesar 160.000 dibanding capaian periode sebelumnya sebesar 145.000.

Jika data tersebut lebih rendah dibandingkan dengan estimasi pasar, maka rupiah berpotensi menguat akibat dolar AS yang melemah. Sebaliknya, jika data tersebut lebih tinggi daripada estimasi pasar, maka rupiah akan terdepresiasi seiring dengan menguatnya dolar AS.

Kendati demikian, rupiah berhasil mempertahankan posisinya untuk tidak terdepresiasi cukup dalam seperti mata uang Asia lainnya dalam sepanjang tahun berjalan 2020. Sepanjang Januari, rupiah berhasil memimpin kinerja penguatan mata uang Asia dengan bergerak naik 1,542 persen.

Penguatan rupiah berhasil mengalahkan yuan renmimbi yang menguat 1,392 persen dan dolar Hong Kong yang hanya naik 0,304 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper