Bisnis.com, JAKARTA – PT PP Presisi Persero Tbk. menargetkan pertumbuhan bisnis hingga 20 persen sepanjang 2020 dengan fokus menggarap potensi pasar infrastruktur pertambangan. Perseroan juga mengincar peluang kontrak pada pengelolaan lahan bekas tambang.
Direktur Keuangan PP Presisi Benny Pidakso mengatakan target pertumbuhan 20 persen mencakup target pendapatan dan perolehan kontrak baru. Rincian target, lanjut Benny akan menunggu audit laporan keuangan 2019.
“Kami targetkan tumbuh 20%, dari sisi perolehan kontrak maupun pendapatan, tapi rilis resmi target sampai ke angkanya akan kami sampaikan bulan depan,” ujarnya di Jakarta, Jumat (31/1/2020).
Menurut Benny, sektor pertambangan masih cukup menjanjikan kendati harga batu bara tidak terlalu cemerlang. Namun, di masa mendatang harga komoditas pertambangan diyakini bakal kembali menggeliat. Terlebih, pemerintah melakukan upaya pemotongan produksi batu bara hampir 10 persen.
Dia menyebut, infrastruktur batu bara terbilang luas sehingga potensi kontrak tidak hanya pada lingkup konstruksi di area tambang. Pekerjaan konstruksi bisa berlangsung di pada jalan akses, pelabuhan, dan pengangkutan komoditas tersebut.
Benny mengungkapkan, pihaknya juga telah memulai penjajakan dengan sejumlah kontraktor batu bara dengan potensi kontrak sebesar lebih Rp1 triliun. Potensi pasar konstruksi pertambangan, lanjut Benny membuat perseroan bisa aja akan lebih fokus ke segmen ini.
“Saya lihat ke depan kita akan lebih banyak bermain di sektor non-konstruksi, khususnya di sektor pertambangan dan migas” katanya.
Per Oktober 2019, emiten bersandi saham PPRE itu menggenggam kontrak baru senilai Rp3,1 triliun. Hingga akhir 2019, PPRE membidik perolehan kontrak baru sebanyak Rp5,8 triliun. Kontrak yang diperoleh pada 2019 akan menyumbang cukup besar terhadapan tambahan kontrak di tahun ini sebagai kontrak bawaan (carry over).
Salah satu proyek yang akan memberikan kontribusi adalah proyek Bandara Internasional Kediri. Selain itu, PPRE juga akan meraup kontrak dari PT PP Pembangunan Perseroan Semarang Demak, badan usaha jalan tol pemegang konsesi jalan tol Semarang-Demak.
Di sisi lain, PPRE juga mengincar peluang pekerjaan bioremediasi atau pengelolaan lahan bekas tambang. Jenis pekerjaan ini disebut Benny bernilai hampir Rp10 triliun. Peluang itu tak lepas dari durasi kontrak eksplorasi yang akan berakhir, antara lain kontrak Chevron Indonesia di Riau.
“Kami melihat kesempatan di situ belum banyak yang masuk, makanya kami coba bentuk anak usaha untuk menggarap potensi tersebut. Itu potensi keseluruhannya hampir 10 triliun, kami coba ambil 10 persen lah,” jelasnya.