Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten menara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. mengantongi dana segar sebesar US$350 juta atau sekitar R4,77 triliun (kurs Rp13.645) dari hasil penerbitan obligasi.
Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso mengatakan dana segar hasil penerbitan obligasi akan digunakan oleh perseroan untuk restrukturisasi utang. Obligasi yang dicatatkan di Bursa Singapura itu memiliki tenor lima tahun dan akan jatuh tempo pada 2025.
Helmy menuturkan, perseroan menawarkan kupon sebesar 4,25 persen dan penawaran mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 3,4 kali. "Dana obligasi sudah kami terima US$ 350 juta. Semua dipakai untuk melunasi pinjaman bank," katanya kepada Bisnis pada Kamis (30/1/2020).
Baca Juga
Menurut Helmy, dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk membayar saldo terutang dari fasilitas pinjaman revolving (fasilitas B) sebesar US$300 juta. Berdasarkan laporan keuangan perseroan per September 2019, fasilitas tersebut bakal jatuh tempo pada Juni 2022.
Kemudian, obligasi baru juga akan digunakan untuk membayar sebagian dari saldo terutang dari fasilitas revolving (RLF) yang diberikan kreditor pada 2017 sebesar US$200 juta. Pinjaman itu juga akan jatuh tempo pada Juni 2022.
Sebelumnya, Helmy mengatakan pada tahun ini, emiten bersandi saham TBIG itu menargetkan penambahan 3.000 penyewa menara dengan rasio penyewaan naik ke level 1,9 kali hingga 2 kali. TBIG juga berencana membelanjakan modal sebesar Rp1 triliun hingga Rp2 triliun yang berasal dari kas internal dan pinjaman. “Kami menggunakan cashflow internal sebagai prioritas utama pendanaan. Sisanya baru didanai dari pinjaman,” terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News