Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan yang dilakukan bank sentral akan menjadi salah satu penopang perbaikan kinerja reksadana saham. Meski demikian, produk ini masih harus bersaing dengan instrumen investasi lainnya.
Direktur Strategi Investasi Bahana TCW Investment Budi Hikmat menyampaikan potensi kinerja reksa dana saham untuk kembali ke arah positif masih cukup terbuka. Hal ini didukung oleh kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing) yang dilakukan Bank Indonesia (BI).
"Kebijakan BI ini akan berdampak baik bagi sektor-sektor saham yang sensitif terhadap suku bunga," tuturnya di Jakarta, Kamis (30/1/2020).
Dia mengatakan untuk menjaga kinerja reksa dana saham tetap optimal, pihaknya mengambil perusahaan dengan keunggulan komparatif yang tinggi. Keunggulan tersebut dilihat dari besaran potensi keuntungan dan kualitas manajemen perusahaan itu.
Selain itu, Bahana TCW juga menempatkan saham yang memberikan dividen secara regular ke dalam produk reksa dana saham. Dia mencontohkan saham milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara rutin memberikan dividen.
"Prinsip kami jangan mengambil risiko yang tidak perlu," imbuhnya.
Namun, produk reksa dana saham harus bersaing dengan instrumen investasi lain yang saat ini jauh lebih menguntungkan, salah satunya adalah obligasi.
Menurut Busi, obligasi seperti Surat Berharga Negara (SBN) saat ini makin dicari. Pasalnya, instrumen tersebut memiliki risiko kredit yang terbilang rendah karena ditanggung oleh negara.
"Penurunan suku bunga acuan ini sangat bagus untuk pasar obligasi," tuturnya.