Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Infrastruktur Tetap Jadi Favorit

Emiten infrastruktur dinilai akan tetap menjadi saham idaman karena diuntungkan dengan komitmen pemerintah dalam agenda pembangunan infrastuktur.
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (tengah), Mensesneg Pratikno (kedua kiri), Gubernur NTT Viktor Laiskodat (kedua kanan), dan Bupati Belu Willy Lay (kiri) menghadiri peresmian Bendungan Rotiklot di Belu, Atambua, NTT, Senin (20/5/2019)./ANTARA-Yulius Satria Wijaya
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (tengah), Mensesneg Pratikno (kedua kiri), Gubernur NTT Viktor Laiskodat (kedua kanan), dan Bupati Belu Willy Lay (kiri) menghadiri peresmian Bendungan Rotiklot di Belu, Atambua, NTT, Senin (20/5/2019)./ANTARA-Yulius Satria Wijaya

Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten infrastruktur dinilai akan menjadi salah satu favorit investor sepanjang tahun ini. Penyesuaian tarif aset infrastruktur disebut menjadi salah satu katalis pergerakan saham infrastruktur.

Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan sektor infrastruktur akan tetap menjadi favorit karena komitmen pemerintah dalam pembangunan infrastruktur terus berlanjut hingga 2024. Setiap tahunnya, alokasi fiskal untuk infrastruktur diperkirakan mencapai Rp400 triliun s.d Rp450 triliun.

“Pasca pemilu, kan sudah pasti arah pembangunan infrastrukturnya seperti apa, jadi anggaran infrastruktur itu tetap menjadi tema dominan sampai 5 tahun mendatang. Artinya yang akan diuntungkan adalah perusahaan toll road dan konstruksi,” jelas Janson kepada Bisnis, Kamis (30/1/2020).

Dia menambahkan, operasional sejumlah ruas tol baru juga akan merangsang perbaikan kinerja emiten jalan tol. Dia mencontohkan, pengoperasian Jalan Layang Jakarta-Cikampek, akan berdampak positif terhadap kinerja PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

Menurut Janson, penyelesaian sejumlah ruas tol baru juga mampu mendukung Jasa Marga dalam mencetak pendapatan yang lebih baik. Hingga sembilan bulan pertama 2019, Jasa Marga mencetak pendapatan sebelum pajak, bunga, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) sebesar Rp5 triliun.

Di sisi lain, Jason berpendapat, penyesuaian tarif tol setiap dua tahun sekali akan  mendorong kinerja emiten jalan tol. Namun, sumbangsih kenaikan tarif tol di ruas lama akan lebih kecil dibandingkan dengan kontribusi ruas tol baru.

“[Tarif] Memang naik dan menjadi katalis positif, tapi hanya 4 persen sampai 5 persen. Kenaikan tarif itu akan jadi katalis-katalis positif. Pasti pendapatannya naik tapi hanya sekitar  4—5 persen. Yang lebih penting mulai beroperasinya beberapa jalan tol baru,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper