Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah makin turun gila-gilaan pada perdagangan pagi ini, Senin (27/1/2020), di tengah kekhawatiran atas dampak penyebaran virus corona (coronavirus) baru terhadap permintaan untuk komoditas tersebut.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret 2020 anjlok 2,33 persen atau 1,26 poin ke level US$52,93 per barel pada pukul 10.38 WIB.
Sejalan dengan WTI, harga minyak mentah acuan global Brent untuk pengiriman Maret 2020 terpantau meluncur 1,29 poin atau 2,13 persen ke level US$59,40 per barel.
Baik minyak WTI dan Brent terus tertekan untuk hari kelima beruntun sejak perdagangan Selasa (21/1/2020). Pada perdagangan Jumat (24/1/2020), keduanya berakhir terjerembab lebih dari 2 persen masing-masing.
Dilansir dari Bloomberg, jumlah korban tewas dan terinfeksi akibat virus corona terus meningkat. Komisi Kesehatan Nasional China mengonfirmasikan 2.744 kasus penularan di China daratan dan jumlah kematian yang bertambah menjadi 80 korban jiwa.
Sementara itu, pemerintah setempat memperpanjang periode liburan Tahun Baru Imlek di tengah laporan mengenai penyebaran infeksi yang semakin intensif dengan gelombang kasus baru bermunculan di seluruh dunia.
Baca Juga
“Ini bisa menjadi salah satu kejadian yang paling signifikan pukulannya terhadap permintaan dalam sejarah,” ujar Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group Inc.
“Dampaknya akan terlihat pada penurunan permintaan sebanyak ratusan ribu barel. Kekhawatiran atas cepatnya penyebaran akan menghantam permintaan minyak,” tambah Flynn.
Virus tersebut menjadi pergolakan terbaru untuk pasar minyak, yang telah dilanda gejolak dalam nadi produsen-produsen OPEC dari Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sementara itu, pasar juga menghadapi beban dari pasokan minyak mentah global yang melimpah, bahkan ketika Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan aliansinya memangkas produksi guna menopang harga.
Investor pun ramai-ramai menjual minyak mentah di tengah aksi jual besar-besaran untuk aset-aset berisiko dan kekhawatiran mengenai dampak penularan virus terhadap konsumsi bahan bakar yang disebabkan larangan perjalanan.
Goldman Sachs Group Inc. memprediksikan bahwa permintaan minyak global kemungkinan akan turun sebesar 260.000 barel per hari tahun ini serta dapat memangkas hampir US$3 dari harga satu barel minyak mentah, dengan mengacu pada epidemi SARS pada 2003.
Meski demikian, pemerintah Arab Saudi mengungkapkan optimismenya bahwa krisis virus corona sejauh ini akan memiliki "dampak yang sangat terbatas" pada konsumsi.
Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan bahwa pengekspor minyak terbesar di dunia ini mencermati dampak situasi yang ditimbulkan wabah virus corona baik terhadap ekonomi China dan fundamental pasar minyak.
Ia mengatakan bahwa "pesimisme ekstrem" sama yang melanda pasar juga terjadi pada tahun 2003 selama SARS. Namun, peristiwa itu tidak menyebabkan pengurangan permintaan minyak yang signifikan.
"Dampak saat ini pada pasar global, termasuk minyak dan komoditas lainnya, terutama didorong oleh faktor psikologis dan ekspektasi yang sangat negatif yang diadopsi oleh sebagian pelaku pasar meskipun dampaknya sangat terbatas pada permintaan minyak global,” tutur Pangeran Abdulaziz, dalam sebuah pernyataan.