Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Incar Pertumbuhan hingga 15 Persen, Ini Strategi Buyung Poetra (HOKI)

Produsen beras kemasan merek Topi Koki ini juga mengejar perluasan pasar di luar pulau Jawa dan di Sumatra. Berapa target kinerja Buyung Poetra Sembada pada 2020?
Portofolio produk beras dalam kemasan produksi PT Buyung Poetra Sembada Tbk./www.topikoki.com
Portofolio produk beras dalam kemasan produksi PT Buyung Poetra Sembada Tbk./www.topikoki.com

Bisnis.com, JAKARTA - PT Buyung Poetra Sembada Tbk. (HOKI) memperkirakan kinerja pendapatan dan laba bersih mampu mencapai 10%-15%.

Investor Relations Buyung Poetra Sembada Dion Surijata mengatakan target tersebut memungkinkan untuk direalisasikan apabila tak ada kondisi eksternal yang berada di luar prediksi. Misalnya, seperti faktor cuaca yang mempengaruhi produksi.

Namun, sejauh ini dia melihat bahwa produk beras kemasan masih stabil pertumbuhannya.

"Strateginya dengan terus melakukan penetrasi pasar ke wilayah-wilayah yang belum ada beras merek kita," jelasnya, Jumat (17/1/2020).

Dion menyebutkan untuk penetrasi pasar sudah dilakukan di berbagai daerah utama, tetapi produsen beras kemasan merek Topi Koki ini juga mengejar perluasan pasar di luar pulau Jawa dan di Sumatra.

Pada tahun ini podusen beras tersebut akan berfokus menyelesaikan pembangunan pabrik tahap pertama di Sumatra Selatan yang berkapasitas 20 ton per jam. Pembangunannya sudah mulai dilakukan pada akhir tahun lalu.

Khusus untuk pabrik tersebut, emiten berkode saham HOKI ini menggelontorkan investasi senilai Rp70 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2019, produsen beras kemasan ini mencatatkan penjualan bersih Rp1,23 triliun, tumbuh 15,64% secara tahunan. Perusahaan melakukan penjualan salah satunya kepada PT Indomarco Prismatama senilai Rp246,14 miliar.

Perolehan penjualan bersih berasal dari penjualan beras sebesar Rp1,25 triliun atau tumbuh 14,96% secara tahunan, dengan retur yang dapat ditekan 10,66% secara tahunan.

Beban pokok penjualan tercatat naik 16,01% menjadi Rp1,05 triliun, serta beban penjualan naik 8,12% secara tahunan menjadi Rp23,58 miliar. Kenaikan beban penjualan berasal dari kenaikan ongkos kirim yakni 20,43% menjadi Rp22,64 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper