Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah akhirnya membukukan penurunan pertama sepanjang perjalanan tahun baru ini, saat pedagang menantikan dampak konflik Amerika Serikat dan Iran terhadap pasokan di Timur Tengah.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak Brent untuk kontrak Maret 2020 diperdagangkan turun 48 sen ke level US$68,48 per barel di ICE Futures Europe Exchange pada perdagangan Selasa (7/1/2020) pukul 4.50 sore waktu New York.
Pada perdagangan Senin (6/1/2020), minyak mentah acuan global ini mampu berakhir menguat 0,5 persen setelah sempat menembus level US$70 per barel di tengah eskalasi tensi AS-Iran pascaserangan udara AS di Irak yang menewaskan Jenderal Iran Qasem Soleimani pada Jumat (3/1/2020).
Adapun harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Februari 2020 turun 52 sen ke level US$62,77 per barel di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Selasa (7/1).
Kantor berita Iran Fars mengabarkan bahwa Negara Republik Islam ini tengah mencermati 13 "skenario" pembalasan terhadap AS atas kematian Soleimani, sedangkan Gedung Putih memerintahkan pengerahan pasukan tambahan ke Timur Tengah.
Kendati demikian, pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah terus mengalir keluar tanpa hambatan untuk saat ini.
Baca Juga
"Sulit bagi para pedagang untuk terus melakukan pembelian dengan risiko geopolitik yang lebih tinggi pascainsiden Iran,” ujar Michael Loewen, direktur strategi komoditas di Scotiabank, seperti dilansir Bloomberg.
Pergerakan harga minyak kemudian sedikit berubah setelah American Petroleum Institute (API) dikabarkan melaporkan penurunan stok minyak mentah AS sebesar hampir 6 juta barel pekan lalu.
Jika penurunan ini dikonfirmasikan oleh data pemerintah pada Rabu (8/1/2020), maka akan menandai penurunan mingguan keempat. API juga melaporkan bahwa stok bensin dan minyak distilat meningkat lebih dari 13 juta barel.
Secara umum, pasar minyak telah mengalami awal yang bergejolak sepanjang tahun baru 2020 setelah serangan AS membangkitkan kembali kekhawatiran akan konflik di Timur Tengah, wilayah penghasil minyak paling utama di dunia.
Harga minyak mentah telah naik sekitar 3 persen sejak serangan itu, tetapi akan membutuhkan gangguan besar pada output untuk menjaga harga tetap tinggi, menurut Goldman Sachs Group Inc.
“Meski tidak ada barel minyak tambahan yang offline dari meningkatnya konflik antara AS dan Iran, situasinya tetap berubah-ubah,” tutur Michael Tran, pakar strategi komoditas di RBC Capital Markets LLC.