Bisnis.com, JAKARTA—Pada 2019, tak ada satu pun emiten pendatang baru yang berasal dari keluarga badan usaha milik negara (BUMN). Bagaimana prospeknya pada 2020?
Berdasarkan informasi yang dihimpun Bisnis, setidaknya ada tiga perusahaan pelat merah yang mematangkan rencana initial public offering (IPO) anak usahanya pada tahun ini.
Salah satunya, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero). Direktur Utama Pelindo II Elvyn G. Masassya mengatakan pihaknya mendorong dua anak perusahaannya, yaitu PT Pelabuhan Tanjung Priok dan PT IPC Terminal Petikemas, untuk IPO. Elvyn mengatakan keduanya berperan signifikan bagi Pelindo II atau IPC Group.
Aksi go public dua perusahaan yang bergerak di bidang operator terminal peti kemas dan operator terminal non-peti kemas itu diharapkan bisa dieksekusi pada kuartal III atau IV tahun ini.
“Saya ingin kedua perusahaan tersebut dikelola dengan standar perusahaan publik, baik itu dari sisi GCG maupun aspek lain, sehingga bisa tumbuh berkembang dan melalukan ekspansi secara mandiri menggunakan proceed dari hasil IPO,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, akhir pekan lalu.
Tentunya, aksi penawaran saham perdana atau IPO ini harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pemegang saham. Elvyn menambahkan, khusus untuk Pelabuhan Tanjung Priok, hal ini adalah rencana yang tertunda pada 2019 lalu.
Baca Juga
Saat ini, kedua anak usaha Pelindo II tersebut sedang melakukan persiapan dengan menunjuk konsultan keuangan atau advisor untuk menyiapkan proses IPO.
“Saham yang dilepas maksimal 30% dari portofolio. Seluruh proceed akan digunakan oleh kedua perusahaan tersebut untuk ekspansi,” jelasnya.
Sebelumnya, Pelindo II telah memboyong dua anak perusahaan ke lantai bursa, yaitu PT Jasa Armada Indonesia Tbk. (IPCM) dan PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC).
Anak usaha PTPP & WIKA
Selain Pelindo II, kontraktor pelat merah PT PP (Persero) Tbk. juga akan mendorong anak usahanya untuk IPO. Menurut Direktur Keuangan PT PP Agus Purbianto, pihaknya memprioritaskan perusahaan yang memiliki portofolio kuat.
“Yang kami arahkan nanti PP Infrastruktur karena baik secara portfolio. Kemungkinan di 2021,” ujarnya belum lama ini.
Agus menyebutkan dalam proses melepas anak usaha menjadi perusahaan publik, perseroan tetap memperhatikan tantangan yang ada, seperti psikologi market. Pasalnya, saat ini anak BUMN yang listing harga sahamnya berada di bawah harga IPO.
PT PP telah memiliki anak usaha yang telah melantai di bursa, yaitu PT PP Presisi Tbk. dan PT PP Properti Tbk.
Emiten konstruksi pelat merah lainnya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. juga mempersiapkan dua anak usahanya untuk melantai di bursa. Direktur Keuangan Wijaya Karya Ade Wahyu mengatakan salah satunya adalah Wijaya Karya Realty yang bergerak di bidang bisnis realty, developer, manajemen properti, dan jasa konstruksi.
Emiten dengan kode saham WIKA ini juga mendorong Wika Industri & Konstruksi untuk menjadi perusahaan terbuka. Wika Industri & Konstruksi merupakan entitas anak WIKA yang menjalankan bisnis di sektor konstruksi dan perdagangan.
Pada awalnya, WIKA menargetkan Wika Realty bisa IPO pada 2018 dan Wika Industri & Konstruksi pada 2019. Namun, keduanya diundur karena momentumnya dinilai belum tepat.
Rencananya WIKA akan melepas kepemilikan saham di Wika Industri & Konstruksi sekitar 20%—30% lewat IPO dengan perkiraan dana yang didapat sekitar Rp1,2 triliun—Rp1,8 triliun, sedangkan untuk Wika Realty perseroan bersiap melepas 25% saham miliknya dengan target dana senilai Rp 1,5 triliun hingga Rp 2,5 triliun.
Sementara itu, menanggapi rencana IPO anak usaha BUMN, Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan kementerian sejauh ini mendukung rencana bagi BUMN atau anak BUMN untuk menjadi perusahaan terbuka. Apalagi, BUMN dinilai menarik oleh pasar.
“Dengan menjadi perusahaan terbuka, ini akan mendorong BUMN lebih transparan dan good corporate governance lebih terawasi publik,” ujarnya.