Bisnis.com, JAKARTA – Emiten alat berat PT Intraco Penta Tbk. menargetkan dapat mengurangi rugi bersih sebesar 50 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Emiten berkode saham INTA itu pada akhir 2018 membukukan rugi bersih sebesar Rp399,53 miliar. Kendati demikian Direktur Intraco Penta Eddy Rodianto optimistis pada tutup buku 2019, nilai merah perseroan dapat diperkecil.
“Kami optimistis sampai dengan akhir tahun ini rugi bersih kami akan menyusut 50 persen berkat diversifikasi bisnis yang kami jalankan,” katanya pada saat paparan publik di Jakarta (27/12). Dengan demikian, INTA menargetkan untuk memperkecil rugi bersih menjadi Rp199,76 miliar.
Sebagai informasi pada kuartal III/2019, INTA membukukan rugi bersih sebebsar Rp121,22 miliar. Jumlah itu menyusut 51,40 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp249,29 miliar. Padahal dari sisi pendapatan terjadi penurunan 27 persen menjadi Rp1,64 triliun dari posisi sebelumnya Rp2,24 triliun.
Perbaikan pada bottom line perseroan ditopang oleh penurunan beban pokok pendapatan sebesar 28,57 persen menjadi Rp1,35 triliun serta tambahan laba entitas senilai Rp24,24 miliar, keuntungan lain Rp36,59 miliar dan manfaat pajak Rp23,66 miliar.
Selain itu, Eddy mengatakan tahun ini perseroan melakukan konsolidasi internal untuk menghadapi kondisi eksternal yang tidak kondusif. Misalnya, volatilitas harga batubara, perang dagang dan momentum pemilihan umum.
Baca Juga
“Kami melakukan konsolidasi pada lini bisnis alat berat sebagai motor usaha dengan mendorong penjualan suku cadang. Selain itu, perseroan pun menggabungkan bisnis penyewaan alat berat dalam satu lini usaha alat berat agar lebih fokus memenuhi kebutuhan yang bervariasi,” katanya.
INTA, lanjutnya, mulai menargetkan pasar di luar tambang batubara seperti emas, nikel dan bauksit. Perseroan pun akan menyuplai sektor lain seperti agrikultur, konstruksi, infrastruktur dan memasuki penjualan kendaraan niaga.
Sebagai informasi, 70 persen pendapatan INTA berasal dari tambang batu bara. Sementara perseroan memproyeksikan bisnis tersebut pada tahun depan akan sama lesunya seperti 2019. Oleh sebab itu perseroan berupaya menggenjot diversifikasi usaha.
“Untuk diversifikasi ke sektor penjualan kendaraan niaga, kami telah bekerjasama dengan Tata Motor Indonesia untuk memasarkan produk kendaraan niaga merek Tata. Kami pun telah meresmikan dealer di Balikpapan, calon ibukota anyar,” ungkapanya.
INTA melakukan penjualan kendaraan niaga melalui entitas usaha PT Intraco Penta Wahana (IPW). Eddy mengatakan kontribusi lini usaha terhadap pendapatan konsolidasian kurang lebih 5 persen.
Direktur Pratama Wana Motor Agus Faizin mengatakan selama ini INTA kerap diasosiasikan dengan alat berat untuk konstruksi tambang. Selagi bisnis tersebut tengah melesu, perseroan berupaya menyeimbangkannya dengan penjualan kendaraan komersial.
“Penjualan mobil komersial akan sangat menarik terutama untuk sektor perkebunan dan infrastruktur. Sebagaiman diketahui pemerintah akan memindahkan ibukota ke Balikpapan. Kami optimistis penjualan akan melejit,” katanya.