Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (19/12/2019), saat rata-rata bursa saham di Asia tertekan.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,43 persen atau 26,81 poin ke level 6.260,44 pada akhir sesi I dari level penutupan sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu (18/12), indeks mampu mengakhiri pergerakannya di level 6.287,25 dengan penguatan 0,69 persen atau 42,90 poin, penguatan hari keempat berturut-turut sejak perdagangan Jumat (13/12).
Indeks mulai tergelincir dari penguatannya dengan dibuka turun 0,20 persen atau 12,86 poin di posisi 6.274,39 pada Kamis pagi. Sepanjang perdagangan sesi I, IHSG bergerak di level 6.256,23 – 6.281,42.
Enam dari sembilan sektor menetap di zona merah pada akhir sesi I, dipimpin pertanian (-1,34 persen) dan aneka industri (-1,10 persen). Tiga sektor lainnya mampu menguat, dipimpin properti (+0,58 persen).
Sebanyak 177 saham menguat, 192 saham melemah, dan 300 saham stagnan dari 669 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Baca Juga
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. yang masing-masing turun 1,78 persen dan 1,14 persen menjadi penekan utama pergerakan IHSG pada akhir sesi I.
Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis-27 melemah 0,95 persen atau 5,28 poin ke level 552,68, sedangkan indeks saham syariah Jakarta Islamic Index terkoreksi 0,56 persen atau 3,94 poin ke posisi 693,62 pada akhir sesi I.
Rata-rata indeks saham lain di Asia ikut bergerak negatif pada perdagangan siang ini, di antaranya indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang yang masing-masing turun 0,27 persen dan 0,14 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan melandai 0,09 persen.
Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing melemah 0,20 persen dan 0,32 persen. Adapun indeks Hang Seng Hong Kong melorot 0,63 persen.
Dilansir dari Reuters, bursa Asia tergelincir dari level tertingginya dalam satu setengah tahun seiring dengan aksi ambil untung oleh investor menjelang libur panjang akhir tahun. Pada saat yang sama, investor menantikan data lebih lanjut tentang keadaan ekonomi global.
“Data pada umumnya tampak mendukung peningkatan kinerja ekonomi,” tutur Shane Oliver, kepala strategi investasi dan kepala ekonom di AMP Capital Investors, Sydney.
“Investor dapat berharap untuk pertumbuhan yang lebih kuat tahun depan, tetapi banyak dari hal tersebut telah tercermin di pasar saham,” tambahnya.
Investor juga memantau kondisi politik di Washington, di mana Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS yang dipimpin Partai Demokrat memilih untuk memakzulkan Presiden Donald Trump karena dituduh telah menyalahgunakan kekuasaan dan menghalang-halangi upaya penyelidikan Kongres.
Dua pasal pemakzulan yang diajukan partai Demokrat dilaporkan memenangkan sebagian besar suara di DPR AS dan akan diajukan ke Senat bulan depan untuk memutuskan apakah akan mencopot Trump dari jabatannya.
Reaksi pasar atas hasil voting DPR, bagaimanapun, sejauh ini terbatas karena Senat AS, yang dikontrol Republik, diantisipasi luas tidak akan memilih untuk menggulingkan Trump dari jabatannya.