Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar pound sterling membukukan penguatan terbesar sejak 2017, didorong tanda-tanda kemenangan Partai Konservatif yang dihuni Perdana Menteri Boris Johnson dalam pemilihan umum Inggris.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar pound sterling terhadap dolar AS melonjak 2,7 persen ke level US$1,3514, penguatan intraday terbesarnya sejak April 2017, kemudian menyentuh posisi 1,3452 dengan kenaikan 2,2 persen pada Jumat (13/12/2019) pukul 12.40 dini hari waktu London.
Adapun terhadap euro, pound sterling menguat 1,8 persen ke level 83,05, level terkuatnya sejak Juli 2016.
Lonjakan terhadap dolar AS membawa pound sterling ke level tertingginya sejak Mei 2018 dan level terkuat terhadap euro sejak referendum tentang keanggotaan Uni Eropa.
Survei (exit poll) yang dilakukan oleh BBC dan lembaga penyiaran lainnya menunjukkan Partai Konservatif berada di jalur untuk memenangkan 368 kursi di House of Commons dengan angka mayoritas 86 kursi.
“Jumlah yang diperkirakan banyak orang adalah 330 mungkin 350, jadi angka 368 itu sesuatu yang luar biasa,” terang Jordan Rochester, ahli strategi mata uang di Nomura International Plc. London, kepada Bloomberg Television.
Baca Juga
“Nilai tukar pound sterling (terhadap dolar AS) berada di posisi US$1,34, saya pikir kemudian bisa bergerak ke level US$1,3450, US$1,35. Kecuali jika exit poll itu salah, posisinya bisa bertahan di level itu,” tambahnya.
Angka mayoritas kursi yang cukup besar akan memungkinkan Johnson untuk meloloskan kesepakatan Brexit-nya di Parlemen Inggris pada akhir Januari dan melanjutkan pembicaraan perdagangan dengan Uni Eropa.
Kondisi ini juga dapat mengakhiri kebuntuan soal Brexit selama lebih dari satu tahun di parlemen yang telah menahan investasi dan berkontribusi terhadap perlambatan ekonomi.
Exit poll itu melebihi prediksi untuk mayoritas 28 kursi yang diproyeksikan oleh YouGov awal pekan ini. Meskipun exit poll tidak menjamin hasil akhir, survei tersebut umumnya dapat diandalkan.
Sementara itu, kalangan investor sendiri lebih cenderung memilih prospek pemerintahan Konservatif yang dapat mendorong perjanjian Brexit dan beralih ke tahap pembicaraan berikutnya. Johnson berjanji semua anggota parlemen akan mendukung kesepakatannya.
Investor skeptis dengan rencana pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn untuk merombak ekonomi melalui peningkatan pengeluaran dan menasionalisasi industri-industri utama.
“Dengan asumsi survei itu akurat, Perjanjian Penarikan [Brexit] yang diusung Johnson pasti akan melewati parlemen dengan batas waktu Brexit saat ini pada 31 Januari,” ujar Ekonom Bloomberg Dan Hanson.
Hal itu, ungkapnya, akan mengurangi sebagian ketidakpastian yang telah mengganggu perekonomian sejak Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa pada Juni 2016, dan mendorong peningkatan investasi bisnis.
“Meski demikian, berkurangnya ketidakpastian bisa biasa saja karena kurangnya kejelasan tentang bentuk kesepakatan perdagangan di masa depan antara Inggris dan Uni Eropa,” tambah Hanson.