Bisnis.com, JAKARTA – Poundsterling kembali melemah setelah politisi Inggris gagal mengadakan pemungutan suara Brexit yang telah dijanjikan pada akhir pekan.
Pelemahan tersebut menghentikan penguatan beruntun empat hari yang dipicu oleh spekulasi bahwa Perdana Menteri Boris Johnson dapat memenangkan dukungan parlemen untuk kesepakatan Brexit. Tetapi analis mengatakan pelemahan tersebut tidak berlangsung lama.
"Investor harus menyeimbangkan kekecewaan atas keterlambatan lebih lanjut dengan meningkatnya kemungkinan perjalanan akhir," kata Ned Rumpeltin, analis mata uang Eropa di Toronto-Dominion Bank. "Risiko no-deal yang tanpa disengaja juga mereda."
Analis tetap bullish bahkan saat vonis pada kesepakatan kesepakatan Brexit dari Johnson ditangguhkan. Sebaliknya, anggota parlemen mendukung amandemen yang diajukan oleh mantan menteri Konservatif Oliver Letwin yang mengharuskan House of Commons untuk meloloskan semua undang-undang Brexit yang diperlukan sebelum mengadakan pemungutan suara formal pada Perjanjian.
Dengan hal tersebut, perdana menteri berarti secara hukum terikat untuk meminta Uni Eropa melakukan perpanjangan negosiasi.
Berdasarkan data Bloomberg, pound melemah hingga 0,52 persen ke level US$1,2916 pada pukul 09.20WIB, mengakhiri penguatan beruntun empat hari.
"Sterling kemungkinan akan tetap agak fluktuatif, tetapi cenderung menguat, karena tampaknya peluang hard Brexit (tidak ada kesepakatan) sangat tipis," kata Joseph Capurso, analis valas senior di Commonwealth Bank of Australia.
PM Johnson dijadwalkan memperkenalkan undang-undang yang diperlukan untuk keluar dari Brexit pada 31 Oktober dan dia diperkirakan mengumpulkan cukup dukungan untuk mendorong kesepakatannya, menurut analisis Bloomberg.
The Times London melaporkan bahwa UE dapat memberikan penundaan tiga bulan jika Johnson tidak dapat mendapatkan dukungan untuk kesepakatannya minggu ini.
"Sentimen umum masih positif pada Brexit, dan ekstensi ini bisa menjadi ganjalan kecil di jalan," kata Sandeep Parekh, anali vala di Australia & New Zealand Banking Group. "Tapi saya pikir beberapa hari ke depan akan sangat penting."