Bisnis.com, JAKARTA - Maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. telah menyiapkan rencana kerja 45 hari ke depan setelah perubahan direksi.
Plt. Direktur Utama yang merangkap Direktur Keuangan Garuda Indonesia Fuad Rizal mengatakan jajaran pelaksana tugas maupun pelaksana direktur diberikan tugas oleh Menteri BUMN Erick Thohir untuk menjaga operasional perseroan hingga RUPSLB pada 22 Januari 2020.
Emiten dengan kode saham GIAA ini fokus dalam menyiapkan layanan penerbangan, baik untuk penumpang maupun pengiriman barang, dalam menyambut libur Natal dan Tahun Baru.
"Untuk kegiatan operasional, kami sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Perhubungan, Kementerian BUMN, dan pihak terkait," katanya dalam konferensi pers di Kementerian BUMN pada Kamis (12/12/2019).
Persiapan Menyambut Nataru
Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham mengatakan perseroan telah menyebarkan surat edaran ke seluruh cabang untuk melakukan ramp check persiapan operasional, ground services, dan juga sistem IT yang mendukung. Tambahan penerbangan juga disiapkan perseroan untuk memenuhi permintaan ke beberapa rute yang ramai pada momen Natal dan Tahun Baru, seperti ke Labuan Bajo, Bali, Surabaya, Yogyakarta, dan sebagainya.
Baca Juga
"Kami juga memberikan potongan harga sampai dengan 30%--40% sesuai dengan instruksi Menteri Perhubungan dan Menteri BUMN dalam memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berlibur," katanya.
Menjaga Kelancaran Bisnis Kargo
Joseph Tendean, Plh. Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha Garuda Indonesia, menyebutkan perseroan menjaga operasional aliran kargo dalam persiapan peak season, termasuk Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas), Hari Raya Natal dan Tahun Baru, juga Tahun Baru Imlek awal tahun depan.
Tidak hanya itu, pengiriman kargo untuk kegiatan ekspor juga dijaga agar tidak terganggu.
"Ke depan tantangan untuk kargo adalah bagaimana kami kembangkan yang berbasis e-commerce dan juga berorientasi ekspor dan maritim," sebutnya.
Plt. Direktur Utama yang merangkap Direktur Keuangan Garuda Indonesia Fuad Rizal didampingi para Plh. Direktur Garuda Indonesia membeberkan rencana kerja dalam 45 hari ke depan di Kementerian BUMN, Kamis (12/12/2019)./Bisnis-Annisa S. Rini
Pengaturan Armada dan Awak Kabin
Perseroan juga menyiapkan armada dan kru agar dapat melayani masyarakat dengan baik. Plh. Direktur Operasi Garuda Indonesia Tumpal Manumpak menyebutkan perseroan juga bakal merekstrurisasi beberapa rute, terutama yang selama ini awak kabin diharuskan terbang pulang-pergi, akan dikembalikan fasilitas menginap di stasiun yang berada di luar negeri.
"Kami akan tetap menjaga keamanan dan kualitas penerbangan Garuda ke depan," katanya.
Membenahi Regulasi SDM
Di sisi sumber daya manusia atau human capital, perseroan dalam 45 hari ke depan akan melakukan pemulihan sejumlah ketentuan yang selama ini berpotensi melanggar ketentuan perundangan dan perjanjian kerja sama yang ada. Kebijakan mutasi maupun rotasi karyawan yang tidak memenuhi ketentuam juga akan ditinjau ulang dan dikembalikan sesuai kebutuhan perusahaan.
"Kami juga akan segera memikirkan untuk membuat talent pool di Garuda Indonesia untuk menunjang pengembangan kompetensi dan keahlian dari karyawan. Ini sangat dibutuhkan oleh sekitar 8.000 karyawan tetap di perusahaan," kata Plh. Direktur Human Capital Garuda Indonesia Aryaperwira.
Evaluasi Rute Penerbangan
Dalam jangka lebih panjang, perseroan akan merekstrurisasi fokus bisnis, yaitu dengan memperkuat penerbangan domestik sebagai backbone perusahaan. GIAA juga fokus ke negara-negara Timur Tengah, Asia, dan Jepang, serta Korea Selatan.
"Kami akan tinjau penerbangan ke Eropa karena banyak pemain di rute-rute long haul serta dinilai tidak terlalu urgent. Kami sedang evaluasi semua bagaimana supaya membuat perusahaan ini lebih sehat," ujar Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham, Kamis (12/12/2019).
Dia juga menyebutkan rute penerbangan ke London telah dibekukan setelah dievaluasi profitabilitasnya.
Kinerja GIAA Januari-September 2019
Sepanjang 9 bulan tahun ini, Garuda Indonesia membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$122,42 juta atau berbalik dari rugi bersih US$114,08 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Perseroan menargetkan dapat meraup laba bersih senilai US$70 juta pada akhir 2019. Target tersebut membalikan posisi rugi bersih yang dicatatkan perseroan pada 2018 senilai US$175 juta.
Pendapatan usaha GIAA tercatat senilai US$3,54 miliar atau naik 9,97% dari US$3,22 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan usaha perseroan mayoritas bersumber dari penerbangan terjadwal.