Bisnis.com, JAKARTA - PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk. membidik pertumbuhan kontrak baru sebesar dua digit pada tahun depan.
Sepanjang tahun ini, emiten dengan kode saham WEGE tersebut sebelumnya menargetkan kontrak baru senilai Rp11,98 triliun hingga akhir tahun dengan membidik berbagai proyek pemerintah, BUMN, dan swasta.
"Pertumbuhan kontrak baru pada 2020 ditargetkan berkisar 15% hingga 25% dari pencapaian Desember 2019," ujar Syailendra Ogan, Direktur Keuangan Wijaya Karya Bangunan Gedung pada Rabu (4/12/2019).
Seiring dengan kenaikan target pertumbuhan kontrak baru tersebut, perseroan juga berencana meningkatkan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex). Menurutnya, potensi peningkatan capex ini karena proyek-proyek yang ditargetkan dapat direalisasi pada tahun ini sebagian mundur ke tahun depan.
Namun, terkait dengan nilai capex yang dianggarkan, Syailenda menyebutkan sampai saat ini perseroan masih membahas anggaran serta alokasinya. Untuk tahun ini, capex yang disediakan WEGE senilai Rp1,13 triliun.
Mengenai rencana penggunaan capex pada tahun depan, Syailendra menuturkan masih sama seperti alokasi tahun ini. "Penggunaan capex untuk modal kerja, pengembangan bisnis konsesi, serta pengembangan untuk anak usaha," jelasnya.
Baca Juga
Adapun untuk nilai sasaran pendapatan dan laba tahun depan, perseroan baru akan menyampaikan setelah buku rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2020 disahkan pada minggu keempat bulan Desember tahun ini.
Target pertumbuhan kontrak baru WEGE sejalan dengan induk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., yang memasang target raihan kontrak baru sebesar 20% hingga 25% dari capaian tahun ini untuk 2020. Pada akhir 2019, emiten dengan ticker WIKA ini menargetkan realisasi kontrak baru senilai Rp61,74 triliun.
Sepanjang 9 bulan 2019 WEGE membukukan laba bersih senilai Rp302,61 miliar. Laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk tersebut tumbuh 4,80% secara tahunan dari Rp288,74 miliar.
Laba bersih perseroan didapatkan dari pendapatan bersih yang senilai Rp3,37 triliun atau turun 12,91% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp3,87 triliun.
Pendapatan perseroan didominasi oleh jasa konstruksi senilai Rp3,25 triliun, diikuti oleh sektor properti senilai Rp72,80 miliar. Selain itu, terdapat juga pendapatan dari konsensi senilai Rp13,67 miliar dan industri senilai Rp36,02 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu, perseroan belum mencatatkan pendapatan dari dua sektor ini.