Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data manufaktur China Positif, Bursa Asia Menguat

Bursa saham Asia menguat pada perdagangan Senin (2/12/2019) menuju kisaran rekor tertingi sejak Januari 2018, menyusul data survei manufaktur China yang optimis dan ekspektasi bahwa China dan As akan menyetujui kesepakatan perdagangan fase pertama.
Bursa MSCI/Reuters
Bursa MSCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia menguat pada perdagangan Senin (2/12/2019) menuju kisaran rekor tertingi sejak Januari 2018, menyusul data survei manufaktur China yang optimis dan ekspektasi bahwa China dan As akan menyetujui kesepakatan perdagangan fase pertama.

Berdasarkan data Bloomberg, in deks MSCI Asia Pacifc di luar Jepang menguat 0,24 persen, berbalik dari pelemahannya pada hari Jumat. Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 ditutup menguat masing-masing 0,89 persen dan 1,01 persen.

Saham China juga menguat, dengan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 menguat 0,13 persen dan 0,19 persen. Adapun indeks Hang Seng menguat 0,4 persen.

Pasar mendapat dorongan Manufacturing Purchasing Managers' Index (PMI) Caixin/Markit naik menjadi 51,8 pada November dari 51,7 pada bulan sebelumnya, menandai ekspansi tercepat sejak Desember 2016.

"Angka produksi dan pesanan baru keduanya kuat. Survei ini tampaknya menunjukkan permintaan domestik cukup kuat bahkan jika tidak ada optimisme pada prospek ekonomi," kata Naoki Tashiro, presiden T.S. China Research, seperti dikutip Reuters.

Meskipun undang-undang AS yang mendukung para demonstran Hong Kong pekan lalu menimbulkan kekhawatiran tentang negosiasi perdagangan AS-China, para investor tetap memiliki pandangan luas bahwa eskalasi lebih lanjut dalam perang perdagangan dapat dihindari.

"Tampaknya agak sulit bagi para pemimpin kedua negara untuk berjabat tangan dan menandatangani kesepakatan bulan ini. Yang lebih mungkin adalah China membeli lebih banyak produk pertanian AS sementara AS menunda tarif berikutnya," kata Hiroyuki Ueno, analis senior di Sumitomo Mitsui Trust Asset Management.

"Pasar akan mempertimbangkan pengaturan seperti itu sebagai kesepakatan de facto apakah mereka secara resmi menandatanganinya atau tidak," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper