Bisnis.com, JAKARTA – PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) menargetkan pendapatan tahun ini tumbuh di kisaran 5 persen.
Direktur Utama TLKM, Ririek Adriansyah mengatakan kondisi di tahun ini membaik dibandingkan tahun lalu karena dampak penerapan kebijakan registrasi kartu SIM prabayar tak lagi terasa. Dia pun memproyeksikan perseroan bisa meraup pertumbuhan pendapatan pada tahun ini di kisaran 5 persen.
Sebagai gambaran, pada 2018, perseroan meraup pendapatan sebesar Rp130,78 triliun atau tumbuh sebesar 1,97 persen. Dengan demikian, bila pertumbuhan bisa mencapai 5 persen, pendapatan perusahaan menyentuh Rp137,14 triliun.
“Revenue [tahun ini] masih tumbuh, sekitar mid-single digit,” ujarnya usai menghadiri Kompas CEO Forum, Kamis (28/11/2019).
Lebih lanjut, untuk mengejar Rp34,51 triliun pada kuartal IV/2019, pihaknya bakal menggenjot penjualan segmen ritel, konsumer dan enterprise. Namun, dia tak memperinci strategi yang akan dilakukan.
“Ada beberapa program baik dari sisi ritel, konsumer dan enterprise,” katanya.
Dia juga membantah bahwa salah satu cara untuk mengerek pendapatan di tahun ini dihasilkan melalui kenaikan harga data seluler. Adapun, dalam riset terbarunya, J.P. Morgan menyebut TLKM telah menaikkan tarif data mulai November. Analis J.P. Morgan, Ranjan Sharma menyebut dalam hasil risetnya bahwa kenaikan tarif data yang dilakukan TLKM menyusul keputusan yang ditempuh PT Indosat Tbk. (ISAT).
Untuk paket bulanan, rentang kenaikan tarif data mulai dari 3 persen hingga 8 persen di wilayah Jakarta. Adapun, ISAT tercatat menaikkan tarif cukup signifikan pada paket Yellow yakni dari rentang 11 persen hingga 40 persen.
“Enggak [naik tarif datanya],” katanya.