Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah stabil seiring tanda-tanda perkembangan positif negosiasi dagang Amerika Serikat dan China, serta Arab Saudi menetapkan penilaian untuk penawaran umum perdana Aramco.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 16:09 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate melemah tipis 0,05% atau 003 poin ke level US$57,69 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent ditutup melemah 0,25% atau 0,16 poin ke level US$63,14 per barel.
Negosiator perdagangan mengadakan diskusi konstruktif dalam panggilan telepon pada Sabtu (16/11) untuk mengatasi kekhawatiran utama masing-masing pihak seputar kesepakatan fase satu.
Arab Saudi akan menjual hanya 1,5% saham Aramco dan menetapkan target valuasidari US$1,6 triliun menjadi US$1,71 triliun untuk penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) mereka.
Minyak mentah telah naik lebih dari 10% sejak awal Oktober ketika Washington dan Beijing bergerak lebih dekat untuk menyelesaikan konflik perdagangan mereka, yang telah mengurangi permintaan global.
"Cukup jelas bahwa sisi permintaan dari persamaan adalah kunci dan jelas sentimen telah bermuara pada dampak dari kesepakatan perdagangan pada pertumbuhan ekonomi," kata Daniel Hynes, ahli strategi komoditas senior di Australia & Selandia Baru Banking Group Ltd. di Sydney dilansir dari Bloomberg.
Baca Juga
Dia menambahkan, bila skenario kesepakatan dagang AS dan China berjalan mulus, maka akan menghasilkan penghentian tarif tambahan yang melibatkan kedua negara. Atas dasar itulah pasar memandang positif negosiasi dagang baru-baru ini.
Panggilan dagang tersebut diadakan atas permintaan negosiator AS. Kementerian Perdagangan Tiongkok mengatakan dalam sebuah pernyataan mengemukakan, kedua belah pihak sepakat untuk tetap berkomunikasi secara erat.
Kedua belah pihak hampir menyelesaikan pakta sekitar 6 bulan lalu. Hanya AS mengklaim bahwa China mundur dari komitmen lisan ketika tiba saatnya untuk menandatangani kesepakatan.
Arab Saudi menetapkan target penilaian untuk penawaran umum perdana Aramco jauh di bawah sasaran Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman sebesar US$2 triliun. Menurut para analis, permintaan untuk IPO terbesar di dunia mungkin akan tinggi.